Hai.. aku nila.. Berikut ini adalah kisah pertama ku ngeseks, alias kehilangan keperawanan. dan anehnya, keperawananku ku berikan bukan pada pacarku, tapi pada orang yang mungkin bisa di katakan sahabat. Silahkan menyimak ya....
Aku sudah dua bulan putus dengan pacarku, selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Malam mimggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk main ke sekretariat Mapala di kampusku yang biasanya ada yang menunggu 24 jam. Aku bukan anggota, tapi kenal beberapa orang. Disana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.
“Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?” tanyaku.
“Nggak, lagi boring ketemu dia terus.”
“Lo kok..? Kan pacar..?”
“Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja.”
“Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?”
“Nggak, kita lagi berantem kok!”
“Napa..?”
“Rahasia dong.”
“Paling urusan sex.” kataku asal tebak.
“Lo, kok tau..?” tanyanya heran.
“Tau dong..,” jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak.
Jangan heran, kalau mengobrol soal sex dengan anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada ‘bocor’ dan ‘kocak’ semua.
“Emang napa sih, dia nggak bisa muasin yah..?” tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.
Mas Putra melotot. “Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja, kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung berontak.” kulihat sorot mata kesal.
“O, gitu..”
“Lagian, payudaranya kecil banget..!” katanya.
Aku tertawa lagi. “Impas kan, punya Mas juga kecil,”
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya.
Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat, dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan aku sudah pernah melihat dia mandi di pantai. Cool.
“Boleh..,” tantangku balik.
“Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas.”
Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada ruginya.
“Oke,” jawabku, “Mas duluan ok..!”
Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeans-nya pelan hingga terlihat CD yang membalut penisnya yang sudah menegang.
“Sekarang kamu..!” perintahnya.
“Lo kok..?” kataku bingung.
“Satu persatu, biar fair..,”
“Oke.”
Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank top-ku sebatas leher hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra. Mas Putra tidak langsung membuka CD-nya, tapi malah mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengelus-elus payudaraku. Pelan dia menurunkan CD-nya, memperlihatkan kepala penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia. Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan bra-ku pelan yang memperlihatkan payudaraku berputing merah dan kenyal.
Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku.
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.
Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho.
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat.
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.
Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya.
Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.
Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku.
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.
Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara kami mulai bercumbu lagi.
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis, mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan nikmat.
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks. Mas Putra tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian kami segera pulang.
Sekian ceritaku.. itu kenapa ku sekarang menjadi liar dengan lelaki yang bertubuh atletis... bagi kamu-kamu yang berbody atletis.. hubugni aku ya.. puaskan aku...
Showing posts with label tante Cantik. Show all posts
Showing posts with label tante Cantik. Show all posts
Wednesday, December 18, 2013
Tante Ninik Yang Hot
Kisah Tante Ninik yang umurnya sudah 40 tahun, Dari seorang yang bisa dianggap setengah baya, dengan gairah seks nya yang masih menggebu seperti layaknya remaja, Bahkan ada beberapa ungkapan istilah Puber kedua. Inilah Kisah sex atau cerita seks tante ninik yang memiliki body yang sangat yahuuddd... dan Bohay...
“Kriing..” jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.
“Wah gawat, telat nih” dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.
Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik
dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem.
Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.
“Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
“Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Fifi membalas sapaanku.
“Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
“Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.
“OK Tante” jawabku singkat.
“Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
“Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya.” Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.
Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
Terdengar suara desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”.
Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhubungan badan denganku.
“Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku.
“Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.
Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
“Hmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
“Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
“Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
“Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.
“Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.
Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.
“Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
“Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya.” Aku semakin salah tingkah.
“Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.
“Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.
Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.
“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir.” tante Ninik merengek perlahan.
“Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.
“Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
“Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku.
Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
“Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe.” Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.
“Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
“Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.
Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
“Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
“Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.
Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P
“Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
“Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
“OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
“Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
“Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.
Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. “Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.
“Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.
Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
“Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.
“Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
“Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.
Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.
“Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.P ku.
Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.
“Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P” aku memberi peringatan ke tante.
“Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.
Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.
“Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
“Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.
Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.
“Ahh..” kami berdua melenguh.
Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.
“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”
Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.
“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
“Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.
Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.
“Arghh.. tante aku nyampai”.
“Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau.
Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.
“Fir, kamu hebat.” puji tante Ninik.
“Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya.
“Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.
“Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.
“Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
Itulah pengalamanku dengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.
“Kriing..” jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.
“Wah gawat, telat nih” dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.
Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik
dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem.
Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.
“Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
“Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Fifi membalas sapaanku.
“Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
“Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.
“OK Tante” jawabku singkat.
“Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
“Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya.” Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.
Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
Terdengar suara desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”.
Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhubungan badan denganku.
“Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku.
“Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.
Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
“Hmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
“Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
“Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
“Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.
“Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.
Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.
“Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
“Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya.” Aku semakin salah tingkah.
“Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.
“Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.
Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.
“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir.” tante Ninik merengek perlahan.
“Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.
“Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
“Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku.
Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
“Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe.” Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.
“Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
“Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.
Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
“Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
“Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.
Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P
“Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.
Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
“Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
“OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
“Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
“Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.
Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. “Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.
“Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.
Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
“Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.
“Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
“Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.
Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.
“Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.P ku.
Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.
“Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P” aku memberi peringatan ke tante.
“Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.
Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.
“Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
“Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.
Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.
“Ahh..” kami berdua melenguh.
Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.
“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”
Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.
“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
“Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.
Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.
“Arghh.. tante aku nyampai”.
“Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau.
Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.
“Fir, kamu hebat.” puji tante Ninik.
“Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya.
“Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.
“Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.
“Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
Itulah pengalamanku dengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.
Labels:
tante Cantik
Wednesday, November 13, 2013
Desahan Dalam Mobil
Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke
tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan
rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.
Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar
bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan
berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh
Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.
“Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba
mendekapku.
“Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya
kangen sama vagina kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku.
“Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !”
tolakku sambil berusaha lepas.
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan
satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas… jangan… nggak mmhhh!”
dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku
yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku
terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan
menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga
lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak
mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia
menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat
kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima
perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan
penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia
melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku
memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan
jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat
olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.
“Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil
menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana
dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin
bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak
seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah
nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku,
aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu
terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin
mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.
Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku,
tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara
tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.
Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa
bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang
di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah
gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta
gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok
ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu
juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka
menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi
sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan
memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih
turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru
kurapikan kembali pakaianku.
Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus
dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi
perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan
berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu
keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur
40-an itu lalu berkata,
“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup
mulut ?”
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari
selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia
bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan
berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu
akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.
“Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang
beresin” kataku
“Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit
lagi masalah ini !”
Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah
juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan
libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka
bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung
psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke
suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga
lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya
pikirku.
“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain
cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam
pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak
lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku
menyandarkan punggungku ke tembok.
Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya.
Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy , dan temannya
yang berkumis itu bernama Romli . Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai
mesum.
“Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya
“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami
tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku
merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
“Citra” jawabku dengan agak bergetar.
“Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak
Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.
“Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada
wajahnya yang tidak tampan itu.
“Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini
dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah
lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk
bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam
kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin
berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh.
Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku
membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai
pahaku.
Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos
ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH
pink, itupun juga langsung diturunkan.
“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara
kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat
yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras
karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher
jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang
memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang
disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun
perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.
Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku,
celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke
balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak
Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin
memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda.
Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak
Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya
menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka
semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya
yang entah kapan dia keluarkan.
“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati
orgasme nih saya”
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin
membengkak saja.
Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh
cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku
disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka,
kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini”
celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya
aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku
yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki
kanan.
“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang
besar itu menjejali vaginaku.
“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !”
kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.
ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan
ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding
ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu
melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia
langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin
tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara
tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung
persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku
dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan
bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak
birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan
mengejangnya tubuhku.
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar
dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh
cairan orgasme.
“Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah “Ahh…
iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme
panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap
hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa
olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya
setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka
tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai.
Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan
merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun
kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan
vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.
“Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu” kata Pak
Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah
ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.
Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu
sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini
di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia
pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu
pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan
membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di
sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.
Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan
kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh
permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah
helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas
melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya
dengan lidahku.
“Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika
aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.
Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke
mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya
lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena
tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut
karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari
mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan
kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas
mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan,
spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat
adegan-adegan panasku.
Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri,
lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai
ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka
mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda
itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika
hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih
dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti
terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan
menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong,
kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan
telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang
orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun
kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku
sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah
belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang
beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.
Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia
bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang.
Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga
kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat
tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih
mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan
yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia
menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa
tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku,
lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.
“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih
mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku
menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan
kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu
melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya
badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya
rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku.
Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku
melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa
diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga
aktif mencupangi pundak dan leherku.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan
mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung
melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya
dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan
menggenggamkannya pada batang penisnya.
“Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet yang
sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.
“Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget”
Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan
jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah
ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah
untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja
membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil
terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk
sekali aku dibuatnya.
Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk
punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata
dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku
memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas.
Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak
tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok
belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya
perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini
ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya
menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar
“Aahhkk… saya mau keluar… non”
Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali
semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan,
sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak
sanggup menampungnya lagi.
Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan,
sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih
tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi
pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah
menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus
dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah
diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan
sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat
dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun
kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku.
Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang
tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.
Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung
lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku
rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi.
Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa
cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku
menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk
membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan
dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.
“Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus
bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada
pantatku.
“Citra… Citra… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari
belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap
lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil
barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya
berkata
“Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila
yah, see you, good night”
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku
yang makin menjauh darinya.
tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan
rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.
Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar
bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan
berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh
Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.
“Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba
mendekapku.
“Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya
kangen sama vagina kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku.
“Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !”
tolakku sambil berusaha lepas.
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan
satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas… jangan… nggak mmhhh!”
dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku
yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku
terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan
menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga
lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak
mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia
menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat
kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima
perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan
penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia
melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku
memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan
jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat
olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.
“Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil
menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana
dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin
bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak
seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah
nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku,
aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu
terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin
mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.
Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku,
tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara
tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.
Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa
bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang
di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah
gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta
gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok
ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu
juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka
menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi
sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan
memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih
turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru
kurapikan kembali pakaianku.
Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus
dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi
perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan
berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu
keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur
40-an itu lalu berkata,
“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup
mulut ?”
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari
selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia
bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan
berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu
akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.
“Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang
beresin” kataku
“Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit
lagi masalah ini !”
Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah
juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan
libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka
bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung
psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke
suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga
lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya
pikirku.
“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain
cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam
pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak
lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku
menyandarkan punggungku ke tembok.
Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya.
Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy , dan temannya
yang berkumis itu bernama Romli . Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai
mesum.
“Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya
“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami
tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku
merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
“Citra” jawabku dengan agak bergetar.
“Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak
Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.
“Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada
wajahnya yang tidak tampan itu.
“Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini
dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah
lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk
bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam
kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin
berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh.
Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku
membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai
pahaku.
Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos
ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH
pink, itupun juga langsung diturunkan.
“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara
kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat
yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras
karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher
jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang
memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang
disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun
perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.
Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku,
celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke
balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak
Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin
memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda.
Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak
Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya
menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka
semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya
yang entah kapan dia keluarkan.
“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati
orgasme nih saya”
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin
membengkak saja.
Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh
cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku
disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka,
kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini”
celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya
aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku
yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki
kanan.
“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang
besar itu menjejali vaginaku.
“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !”
kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.
ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan
ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding
ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu
melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia
langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin
tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara
tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung
persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku
dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan
bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak
birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan
mengejangnya tubuhku.
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar
dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh
cairan orgasme.
“Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah “Ahh…
iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme
panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap
hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa
olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya
setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka
tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai.
Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan
merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun
kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan
vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.
“Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu” kata Pak
Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah
ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.
Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu
sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini
di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia
pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu
pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan
membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di
sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.
Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan
kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh
permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah
helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas
melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya
dengan lidahku.
“Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika
aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.
Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke
mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya
lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena
tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut
karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari
mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan
kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas
mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan,
spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat
adegan-adegan panasku.
Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri,
lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai
ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka
mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda
itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika
hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih
dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti
terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan
menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong,
kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan
telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang
orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun
kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku
sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah
belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang
beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.
Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia
bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang.
Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga
kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat
tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih
mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan
yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia
menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa
tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku,
lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.
“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih
mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku
menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan
kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu
melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya
badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya
rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku.
Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku
melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa
diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga
aktif mencupangi pundak dan leherku.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan
mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung
melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya
dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan
menggenggamkannya pada batang penisnya.
“Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet yang
sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.
“Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget”
Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan
jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah
ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah
untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja
membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil
terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk
sekali aku dibuatnya.
Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk
punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata
dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku
memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas.
Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak
tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok
belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya
perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini
ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya
menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar
“Aahhkk… saya mau keluar… non”
Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali
semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan,
sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak
sanggup menampungnya lagi.
Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan,
sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih
tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi
pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah
menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus
dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah
diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan
sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat
dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun
kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku.
Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang
tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.
Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung
lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku
rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi.
Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa
cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku
menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk
membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan
dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.
“Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus
bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada
pantatku.
“Citra… Citra… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari
belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap
lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil
barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya
berkata
“Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila
yah, see you, good night”
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku
yang makin menjauh darinya.
Labels:
Gadis Gairah,
tante Cantik
Tuesday, November 5, 2013
AKu juga melayani NAFSU mertua.
Tujuh tahun silam ,tepatnya bulan mei 2011 aku memiliki pengalaman seks yang sedikit aneh dan luar biasa tentunya. Waktu itu bertepatan dengan banyaknya libur tanggal merah, yang harinya sangat berdekatan. Aku dan istriku sengaja mengambil cuti sebanyak dua belas hari kerja, ditambah dengan libur tanggal merah. Yah! lumayan untuk istirahat dari rutinitas pekerjaan dan sumpeknya kota Jakarta.
***** Aku berusia 30 tahun, sebut saja namaku Pento, Indri istriku Berusia 29 Tahun. Kami baru dikaruniai seorang anak lelaki yang lucu yang ku beri nama Piko, berusia 2,5 tahun. Pada hari yang sudah kami tentukan aku sekeluarga berangkat ke Kota S. Penumpang kereta Argo Lawu tidak terlalu penuh! Mungkin, dikarenakan hari libur masih beberapa hari lagi, jadi aku istri dan anakku lebih leluasa beristirahat selama dalam perjalanan.
***** Aku berusia 30 tahun, sebut saja namaku Pento, Indri istriku Berusia 29 Tahun. Kami baru dikaruniai seorang anak lelaki yang lucu yang ku beri nama Piko, berusia 2,5 tahun. Pada hari yang sudah kami tentukan aku sekeluarga berangkat ke Kota S. Penumpang kereta Argo Lawu tidak terlalu penuh! Mungkin, dikarenakan hari libur masih beberapa hari lagi, jadi aku istri dan anakku lebih leluasa beristirahat selama dalam perjalanan.
Jam 5:30 pagi kereta tiba di stasiun kota S, Kami di jemput Ibu mertuaku dan pakde Man sopir keluarga Mertuaku. Ibu mertuaku begitu bahagianya dengan kedatangan kami, anak kami Piko pun langsung dipeluk dan diciumi, maklum anak kami Piko cucu lelaki pertama bagi keluarga bapak dan Ibu mertuaku. Akhirnya, kami sampai juga di desa GL tempat tinggal mertuaku, suasana desa yang cukup tenang langsung terasa, ditambah lagi rumah mertuaku yang begitu besar, hanya dihuni oleh Bapak dan Ibu mertuaku saja. kelima anak bapak dan Ibu mertuaku semuanya perempuan, dan sudah pada menikah semua! kecuali Adik iparku yang paling bungsu saja yang belum menikah! dan saat ini sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negri di kota Y. “Bapak mana Bu? Tanya Indri istriku”. “Bapakmu lagi kerumah Bupati, Biasalah paling-paling ngomongin proyek!”, Jawab Ibu mertuaku. Ibu mertuaku seorang wanita yang berumur kurang lebih 48 tahun, kulitnya putih bersih. Bapak dan Ibu mertuaku menikah disaat usia mereka masih remaja, namun begitu, Ibu mertuaku masih tetap terlihat cantik walaupun usianya hampir memasuki kepala lima. Istriku sendiri anak kedua dari 5 bersaudara. Setelah mandi dan beristirahat kamipun makan pagi bersama. Kami bercerita kesana kemari sambil melepas lelah dan rasa rindu kami, tanpa terasa haripun sudah menjelang sore. Selepas mahgrib bapak mertuaku kembali dari rumah bupati, kami pun kembali bertukar cerita, semakin malam semakin sepi padahal baru jam 8 malam. Maklumlah didesa!. “Ini minum wedang buatan Ibu! Biar kalian segar saat bangun pagi harinya”. Aku, istriku dan bapak mertuaku pun langsung memimum wedang buatan Ibu mertuaku. “Enak sekali Bu! apa ini Tanya Indri istriku “. “Itu wedang ramuan Ibu sendiri! Gimana, seger kan?”. Kamipun melanjutkan obrolan kami kembali, kurang lebih setengah jam kami ngobrol, rasanya mata ini kok berat sekali. Istiku pamit menyusul anak kami yang sudah duluan tertidur. Aku mencoba bertahan dari rasa ngatuk! dan melanjutkan cerita kami, namun apa daya! rasa ngantuk ini sudah terlalu berat. Akupun pamit tidur pada bapak dan Ibu mertuaku. Sambil menguap aku berjalan menuju kamar tidur kami yang cukup besar, kulihat istri dan anakku sudah tertidur dengan nyenyaknya. Tumben dia nggak nungguin aku? Akupun langsung merebahkan diri karena rasa ngantuk yang begitu berat. Tak lama aku pun langsung tertidur. Entah sudah berapa lama aku tertidur, aku merasakan seperti ada yang menciumku, membelaiku, aku mencoba untuk membuka mataku, namun aku tetap tidak sanggup untuk membuka mataku ini. Rasanya seperti ada yang mengganjal dimataku, yang membuat aku terus tertidur. Aku juga merasakan nikmat saat berejakulasi.
Dan Aku berangapan bahwa semua ini hanya mimpi basah saja. Ketika pagi harinya aku terbangun, kulihat istri dan anakku masih lelap tertidur, aku ke kamar mandi untuk kencing! begitu aku melihat kemaluanku, ada bekas sperma kering? Kupegang kemaluanku dan jembutku kok lengket? ketika kucium, aku mengenal betul bau yang begitu kas, bau dari lendir kemaluan perempuan. Aku berpikir kok mimpi basah ada bau lendir perempuannya?, apa semalam aku diperkosa setan? Saat kami semua sarapan pagi, aku hendak menceritakan peristiwa yang kualami semalam, tapi aku malu, takut ditertawakan, jadi aku diamkan saja peristiwa semalam. Hari kedua disana, aku, istri dan anakku tamasya ke daerah wisata, kami pulang sudah malam. Seperti hari kemarin, setelah ngobrol-ngobrol dan istirahat Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya, aku dan istrikupun langsung meminumnya. Herannya kurang lebih 30 menit setelah aku menghabiskan wedang buatan Ibu mertuaku, rasa ngantuk kembali menyerang aku dan istriku. Karena sudah tidak sanggup lagi menahan rasa ngantuk yang begitu sangat, kami berdua pamit hendak tidur, untungnya anak kami sudah tertidur dalam perjalanan pulang. “Mas aku ngantuk! selamat tidur ya Mas!”. Langsung istriku merebahkan badan dan tertidur dengan pulasnya. Akupun ikut tertidur. Apa yang kemarin malam terjadi, malam ini terulang kembali. Pagi harinya setelah aku melihat bekas sperma dan bekas lendir perempuan yang sudah mengering dan membuat kusut jembutku, aku bertanya tanya dalam hatiku?, apa yang sebenarnya terjadi? Hari ketiga, aku tidak ikut pergi jalan jalan!, hanya istri anak serta Ibu mertuaku saja yang pelesir ke tempat sanak pamily keluarga istriku.
Aku hanya rebahan ditempat tidur sambil melamun dan mengingat kejadian yang kualami selama 2 malam ini. Apa ada mahluk halus yang memperkosaku disaat aku tidur? Kenapa setiap habis meminum wedang, aku jadi ngantuk? apa karena suasana desa yang sepi? Padahal aku biasanya kuat begadang, atau karena wedang? Nanti malam aku coba untuk tidak meminum wedang buatan Ibu, batinku. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku, karena lelah akhirnya akupun tertidur. Saat malam menjelang, kami sekeluarga berkumpul dan berbincang bincang. Seperti hari kemarin-kemarin pula, Ibu mertuaku memberi kami wedang buatannya. Istri dan bapak mertuakupun sudah menghabiskan minumannya, sementara aku belum meminumnya. “Kok nggak diminum Mas wedangnya”, tanya Ibu mertuaku?. Aku memang mencoba untuk tidak meminum wedang tersebut, walaupun badan segar saat bangun tidur! namun aku berniat untuk tetap tidak memimumnya. Karena aku penasaran dengan apa sudah aku alami beberapa hari ini.
Saat aku hendak meminumnya aku berpura pura sakit perut, sambil membawa wedang yang seolah olah sedang kuminum aku berjalan kearah dapaur menuju toilet. Padahal sesampainya dikamar mandi, aku langsung membuang wedang tersebut. Aku berkumpul kembali ke ruang keluarga, kurang lebih tiga puluh menit! kulihat istiku dan bapak mertuaku sudah mengantuk dan berniat untuk tidur. Namun hal itu tidak terjadi denganku, apa karena aku tidak meminum wedang tersebut? Aku masih segar dan belum mengantuk. Aku pun berpura-pura seperti orang mengantuk, kami berdua pamit dan masuk kekamar, istrikupun mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur yang cukup nyaman dimata. “Mas aku ngantuk sekali! Kamu nggak kepengen kan? Besok aja ya Mas! aku ngantuk sekali Mas” Kukecup kening istriku dan dia pun langsung tertidur.
Aku masih melamun, kenapa hari ini aku tidak mengantuk seperti biasanya? Apa karena aku tidak meminum wedang buatan Ibu? Hampir setengah jam setelah istriku terlelap, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kearah kamarku!. Langsung aku pura-pura tertidur. Kulihat ada yang membuka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku ternyata Ibu mertuaku! Mau apa beliau? Aku terus pura -pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang jadi ketika aku sedikit membuka kelopak mataku tidak terlihat oleh Ibu mertuaku. Deg.. jantungku berdebar saat Ibu mertuaku menghampiriku, langsung mengelus elus burungku yang masih terbungkus celana pendek. Aku hendak menegurnya, namun rasa penasaran dengan apa yang terjadi 2 hari ini dan apa yang akan dilakukan Ibu mertuaku membuat aku terus berpura-pura tertidur. Ibu mertuaku pun langsung menurunkan celana pendek serta celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut kalau aku dan istri ku terbangun, atau mungkin juga mertuaku sudah yakin kalau kami sudah sangat nyenyak sekali. Blass lepas sudah celanaku! Aku telanjang, jantungkupun makin berdebar, aku terus berpura-pura terdidur dengan rasa penasaran atas perbuatan Ibu mertuaku. Aku menahan napas saat Ibu mertuaku mulai menjilati dan mengulum kemaluanku, hampir aku mendesih, aku mencoba terus bertahan agar tidak mendesis dan membiarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya.
Kemaluanku sudah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu bahwa aku tidak tertidur. Jujur aku akui, bahwa aku juga sebenarnya sudah sangat terangsang sekali. Ingin rasanya saat itu juga, aku bangun, langsung menerkam, mencumbu dan menyetubuhi Ibu mertuaku. Kutahan semua gejolak birahiku, dan ku biarkan Ibu mertuaku terus melanjutkan aksinya. Tiba-tiba Ibu mertuaku melepas kulumannya dan bangkit berdiri, aku terus memperhatikannya, dan bless.. mertuaku melepas dasternya, ternyata dibalik daster tersebut mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi. Aku sangat berdebar, dag.. dig.. dug suara jantungku saat menyaksikan tubuh telanjang Ibu mertuaku, apalagi ketika Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur, langsung mengangkangiku tepat diatas burungku, makin tak karuan detak jantungku. Digemgamnya kemaluanku, diremas halus sambil dikocok-kocok perlahan, kemudian di gesekgesekan ke memek Ibu mertuaku. Aku sudah tidak tahan lagi! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku!. Sambil berjongkok, burungkupun diarahkannya kelubang surga Ibu mertuaku! perlahan-lahan sekali beliau menurunkan pantatnya memasukan burungku ke memeknya! sambil memejamkan mata menikmati mili demi mili masuknya burungku ke sarangnya. “Ahh.. ahh nikmat”, jerit mertuaku, saat semua burungku telah amblas masuk tertelan memek Ibu mertuaku. Sambil terus berpura-pura tertidur aku menahan gejolak birahiku yang sudah memuncak. “Ahh..
Ibu mertuaku menjerit tertahan saat beliau mulai naik turun bergoyang menikmati rasa nikmat yang beliau rasakan. Ibu mertuaku terus menjerit, mendesah, tanpa takut aku, istri dan anakku atau bapak mertuaku terbangun. Ibu mertuaku terus bergoyang naik turun. Belum beberapa lama menaik turunkan pantatnya, tubuh Ibu mertuaku mengejang. “Ahh nikkmatt”, jerit panjang Ibu mertuaku. Rupanya Ibu mertuaku baru saja mendapatkan orgasmenya. Ibu mertuaku langung rebah menindih tubuhku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang baru saja selesai bersetubuh dengan suaminya, aku langsung membuka mataku. “Jadi selama ini aku tidak bermimpi! dan tidak pula tidur dengan mahluk halus!”. Ibu mertuaku bangkit karena kaget. “Mass ka.. mu ndak ti.. dur? kamu nggak meminum wedang yang Ibu bikin?”. “Tidak Bu! aku tidak meminumnya”, Ibu mertuaku salah tingkah dan serba salah! mukanya memerah tanda beliau mengalami malu yang sangat luar biasa. Aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, “Mass..”, Ibu mertuaku menangis sambil duduk dan memeluk kakiku. “Ammpuni Ibu, Mass”. Aku merasa kasihan melihat Ibu mertuaku seperti itu, karena aku sendiripun sudah sangat terangsang akibat permainan Ibu mertuaku tadi. “Bu aku belum tuntas!”, aku angkat mertuaku, aku peluk, kucium bibirnya. “Sudah Bu, jangan menangis!, aku juga menikmatinya kok Bu!”. Kulepas bajuku, kami berdua sudah telanjang bulat, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya. “Ahh Mas.. nikmat.. Mas..”, saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang sudah kendur. “Ah.. Mas nikmat..”, kutelusuri seluruh tubuhnya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang agak gendut. “Ahh Mass”, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sambil ku gigit gigit kecil. Dua jarikupun terbenam di dalam memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku makin tak terkendali, apalagi disaat dua jariku mengocok dan menari-nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya. “Ahh.. Mass Ibu mau keluar lagi.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh”, jerit ibu mertuaku. Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai aku tidak bisa bernapas. “Enak Bu?” “Enak sekali Mas”. Kucium kembali mertuaku. “Bu.. apa Indri nanti nggak bangun?” “Tenang Mas! Wedang itu merupakan obat tidur buatan Ibu yang paling ampuh!” “Tidak berbahaya Bu?” “Tidak Mas”. Kugeluti kembali mertuaku.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan dua jari saktiku. “Oohh Mass masukin Mass Ibu sudah nggak tahan lagi.. Mas”. Dengan gaya konvensional langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan akhirnya masuk sudah. “Oh.. Mas nikmat sekali..”. “Iya Bu.. aku juga nikmat.. memek Ibu nikmat sekali.., goyang terus Bu..”. Kamipun terus berpacu dalam nikmatnya lautan birahi. Aku mendayung naik turun dan Ibu mertuaku bergoyang seirama dengan bunyi kecipak-kecipak dari pertemuan dua alat kelamin kami. “Ohh Mas.. Ibu mau keluar lagi..”. Rupanya Ibu mertuaku orang yang gampang meraih orgasme dan gampang kembali pulihnya, aku pun tak mau kehilangan moment. “Tahan Buu!, sedikit lagi akuu juga keluarr..”, sambil kupercepat goyangan keluar masuk kontolku. “Akk Mass, Ibu sudah nggak kuatt”. Dan serr serr aku merasakan kemaluanku seperti di siram air yang hangat rasanya. Akupun sudah tak kuat lagi menahan ejakulasiku! “Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..”, akupun rubuh memeluk Ibu mertuaku. “Bu!, jadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukannya?” “Iya Mas, maafin Ibu! Ibu jatuh cinta sama Mas pento sejak pertama kali Ibu melihat Mas. Apalagi Bapak sudah lama terserang impotensi”. “Kenapa harus seperti pencuri Bu?”. “Ibu takut ditolak Mas! lagi pula Ibu malu, sudah tua kok gatel”. “Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan seperti ini?”. Sambil melotot Ibu mertuaku berkata, “Tidak Mas! Mas pento adalah lelaki kedua setelah bapak, Mas lah yang Ibu sayangi”. Kucium kembali mertuaku, kupeluk. “Mulai besok Ibu jangan pakai wedang lagi, untuk Ibu, aku siap melayani, kapanpun Ibu mau”. Kamipun bersetubuh kembali, tanpa mempedulikan bahwa di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan pulasnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya aku dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk nikmatnya persetubuhan kami. Saat ayam berkokok dan jam menunjukan pukul 3:30 kami menyudahi pertarungan yang begitu nikmat, lalu Ibu mertuaku dengan santai berjalan keluar dari kamar kami sambil berkata, “Mas Pento terima kasih!”. ***** Yah.. itulah awal hubungan sexku dengan Ibu mertuaku, walaupun ada rasa sesal, namun rasa sesal itu lenyap tertelan nikmat yang kudapat, dan akupun jadi tahu bahwa wanita seusia Ibu mertuaku sangat nikmat untuk di setubuhi. Nanti akan aku ceritakan kembali kisah persetubuhanku dengan mertuaku selama aku liburan di desa GL. Pagi Harinya, saat aku terbangun waktu sudah menunjukan pukul 10:15, kulihat disampingku, istri dan anakku sudah tidak ada lagi. Ahh.., akupun termenung mengingat kejadian semalam, aku masih tidak menyangka. Ibu mertuaku, orang yang sangat aku hormati, dan sangat aku kagumi kecantikannya, dengan suka rela menyerahkan tubuhnya kepadaku. Malah ibu mertuaku juga yang memulai awal perselingkuhan kami. “Selamat pagi Ma”, sapaku saat kulihat di dapur istriku sedang membuatkan kopi untukku, “Kok sepi pada kemana mah?” “Kamu sih bangunnya kesiangan, Bapak pergi ke Wonogiri, Ibu pergi ke pasar sama Piko”. Kupandangi wajah istriku, tiba-tiba saja terlintas bayangan wajah Ibu mertuaku, akupun jadi terangsang, karena peristiwa semalam masih membekas dalam ingatanku. “Ihh.. apa-apaan sih Mas.. jangan disini dong Mas..”, protes istriku saat kutarik lengannya, langsung kupeluk dan kulumat bibirnya.. “Mas.. malu.. ahh, nanti kalau Ibu datang bagaimana?”
Aku yang sudah benar benar terbakar birahi, sudah tidak perduli lagi akan protes istriku, kuremas teteknya, ku lumat bibirnya, yang aku bayangkan saat itu adalah Ibu mertuaku. Kubalik tubuh istriku, dalam posisi agak membungkuk, kusingkap ke atas dasternya kuturunkan celana dalamnya dan, “Uhh Mas pelan pelan dong.” Aku tak perduli, kuturunkan celanaku sebatas lutut, langsung kuarahkan burungku yang sudah tegak berdiri kelobang memek istriku. “Mass.. pelan pelan.. dong.. sakit.. Mas.” Semakin istriku berteriak, gairahkupun semakin meninggi, aku terus memaksa memasukan kontolku ke lubang memek istriku, yang belum basah benar. “Ahh..”, jeritku, saat burungku amblas tertelan memek istriku. Entahlah, saat itu aku merasakan gairahku begitu tinggi, langsung ku kugoyang maju mundur pantatku. “Ahh nikmat Ndri..”, kugoyang dengan keras keluar masuk kontolku. “Mas.. enak mass.” Terus kugoyang maju mundur, mungkin karena terlalu bernafsu, baru beberapa menit saja, rasanya ejakulasiku sudah semakin dekat, denyutan di kontolku semakin membuat aku mempercepat kocokan kontolku di lubang memek istriku. “Ndri .. aku mau keluarr nihh.” “Tahann mass, jangan dulu.., tahan sayang”, pinta istriku. Namun, semua permintaan istriku itu sia-sia, aku sudah tidak sanggup lagi menahan bobolnya benteng pertahananku, sedetik kemudian aahh, seluruh syaraf tubuhku menegang dan cret.. cret.. crett.. uhh.. aku menjerit tertahan sambil dengan erat kupeluk tubuh istriku dari belakang. Kulihat, raut wajah kekecewaan diwajah Indri istriku, “Maaf.. ya.. sayang. aku sudah ngak tahan, aku terlalu bernafsu, habis kamu sexy sekali hari ini”, rayuku. “Ndak apa-apa Mass..”,
kukecup keningnya. “Kamu aneh deh Mas?, ngak biasanya kamu kasar kayak tadi?”, tanya istriku sambil berlalu menuju kamar mandi. Kasihan istriku. padahal saat bersetubuh dengannya, aku membayangkan, yang sedang kusetubuhi adalah ibu mertuaku. Saat siang menjelang, setalah makan siang, istriku dijemput oleh teman-teman genknya waktu di SMA dulu, rupanya istriku sudah janjian untuk bertemu dengan teman -teman sekolahnya dulu, kebetulan salah satu sahabat karib istriku yang sekarang ini tinggal dilampung, saat ini sedang pulang kampung juga. “Pada mau kemana nih?” Tanyaku “Mumpung kita lapi pada kumpul nih Mas, kita mau jalan- jalan aja Mas. Ya.. Paling-paling ke kota S makan Soto gading”, Jawab mereka. Setelah berbasa basi, mereka pamit padaku dan ibu mertuaku. “Da.. da piko jagain mamah ya..”, kukecup anakku. “Bu aku pergi dulu ya”, pamit istriku. “Mas aku jalan jalan dulu yahh, bye Mas”
Saat aku masuk kedalam rumah aku lihat Ibu mertuaku sedang mengunci pintu gerbang. “Kok digembok bu? “Biar aman”, katanya, sambil berjalan dan masuk ledalam rumah, dan klik.. Pintu rumah pun di kunci oleh Ibu mertuaku. Aku dan Ibu Mertuaku saling berpandangan, seperti sepasang kekasih yang lama sekali tidak berjumpa dan saling merindukan, entah siapa yang memulai aku dan Ibu mertuaku sudah saling berpelukan dengan mesranya, Kukecup keningnya, dan kuremas remas bongkahan pantatnya. “Mas Pento, Saat-saat seperti inilah yang paling ibu tunggu-tunggu” kupandangi wajah ibu mertuaku, sunguh cantik sekali, kucecup kening mertuaku, kulumat bibirnya, kami berciuman dengan buasnya, saling sedot, saling hisap, kuangkat dan kulepas daster yang dipakai ibu mertuaku. Terbuka sudah, ternyata ibu mertuaku sudah tidak memakai BH dan celana dalam lagi, kuhisap teteknya, kujilati inhci demi inchi seluruh tubuh Ibu mertuaku.
“Ahh Mass, terus Mas.. sshh enak sayang..”. Kuajak Ibu mertuaku pindah ke sofa. “Kamu duduk Mas..”, dilepasnya kaos dan celanaku, aku dan ibu mertuaku sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel ditubuh kami berdua. “Ahh.. nikmat bu.., ohh hisap terus bu, hisap kontolku bu.. ahh”. Nikmat sekali kuluman ibu mertuaku, kami berdua sudah lupa diri, saling merangsang saling meremas. “Ohh.. bu.., akupun bangkit untuk merubah posisi, kurebahkan ibu mertuaku dilantai, kakinya mengangkang, kupandangi memeknya, yang telah melahirkan istriku, kuhisap, kukecup dengan lembut memek ibu mertuaku, kujilati dengan penuh perasaan, kuhisap semua cairan yang keluar dari lubang sorga Ibu mertuaku. “Ohh.. Mas.. jangan siksa Ibu sayang.., Mass, Pentoo.., masukin sekarang Mas.., Ibu sudah mau keluar sayang”. Langsung kuarahkan batang kontolku kelubang surga ibu mertuaku. yang sudah pasrah dan siap untuk di sodok-sodok kontolku. Kugesek -gesek perlahan kontolku di itil Ibu mertuaku yang sudah mengeras dan.. belss.. uhh, rintih Ibu mertuaku saat kepala kontolku menerobos memasuki lubang nikmatnya. “Ohh.., Mas masukin semuanya sayang.. jangan siksa ibu.. sayang..”
Lalu kuhentak dengan kasar.. ahh.. jerit mertuaku saat seluruh batang kontolku amblas meluncur dengan indahnya terbenam dijepit memek Ibu mertuaku, yang rasanya membuat aku jadi ketagihan mengentoti ibu mertuaku. Kupeluk ibu mertuaku, kamipun saling melumat, kuangkat perlahan-lahan kontolku kuhujam kembali dengan keras. “Aahh..”, jerit ibu mertuaku. “Mas.. Pento.. entotin Ibu Mass.. entotin Ibu.. Mas .. ohh mass. puasin Ibu.. sayang.., uhh ahh.” Akupun semakin terangang dan bersemangat mendengar rintihan dan jeritan-jeritan jorok yang keluar dari mulut Ibu mertuaku. Kunaik turunkan pantatku dengan tempo yang cepat dan kasar. “Ahh.. ahh .. Ibu.., jeritku, aku mau keluar.. buu.” “Iyaa.. sayang ibu juga mau keluarr.” Kupercepat kocokan keluar masuk kontol ku, plak.. plak.. plak.. “Mass.. ayo Mass.. keluar.. bareng.. sayang. Ahh..” Tubuh ibu mertuaku pun mengejang, kakinya menjepit pinggangku. “Mass ahh ahh” “Ibuu, arrgg”, jerit kami bersamaan saat nikmat itu datang seperti ombak yang bergulung gulung. “Cret.. crett.. crett..”, kusirami rahim ibu mertuaku dengan spermaku. Aku dan Ibu mertuaku terus berpelukan menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang begitu dahsyat yang kami raih secara bersamaan. “Bu..” kulihat ibu mertuaku masih memejamkan matanya, dengan nafas terengah -engah. “Iya Mas..”
“Rasanya aku jatuh cinta sama ibu..”, kulihat ibu mertuaku tersenyum. manis sekali.. “Ibu maukan jadi kekasihku bu”. Ibu mertuakupun hanya tersenyum dan mengecup keningku dengan mesranya, sambil berkata, “Mas ini nikmat sekali..”, dikecup kembali keningku. Hari itu sampai magrib menjelang kami berdua terus berbugil ria, aku dan ibu mertuaku seperti layaknya pengantin baru, yang terus menerus melakukan persetubuhan tanpa merasa bosan, tanpa lelah kami terus menumpahkan cairan nikmat kami, di dapur, dikamar tidur ibu mertuaku dan di kamar mandi. Yang paling dasyat, setelah aku dan ibu mertuaku, meminum jamu buatan ibu mertuaku. Badanku segar sekali, dan kontolku begitu keras dan kokoh.., kukocok kontolku dilubang surga Ibu mertuaku, sampai banjir memek Ibu mertuaku danIibu mertuaku memohon kepadaku agar aku memasukan kontolku di lubang anusnya. Nikamat sekali .. saat kutembakan spermaku didalam liang anus Ibu mertuaku. Saat istriku kembali selepas isya, kusambut istriku dan teman temannya, setelah ber bincang bincang sebentar teman teman istriku pamit pulang. Istrikupun masuk menuju kamar hendak menaruh anak kami yang sudah lelap tertidur ke pembaringan. “Mas aku taruh Piko di kamar dulu ya..”, kulirik Ibu mertuaku dan kuhampiri beliau sambil berbisik. “Bu.., Indri adalah istri pertamaku, dan Ibu istri keduaku”, ujarku. Ibu mertuaku pun tersenyum dengan manisnya, sambil mencubit pinggangku. Hari itu benar benar dahsyat.
Dua lubang, lubang memek dan lubang anus Ibu mertuaku sudah aku rasakan. ***** Pada hari keenam liburan kami di desa GL, aku dan istriku terpaksa harus pulang ke Jakarta, karena dikantor istriku ada keperluan mendadak dan membutuhkan kehadiran Istriku. Mau tidak mau aku dan Istriku membatalkan semua acara liburan kami di kota S. Kulihat Ibu mertuaku tampak sedih dan murung, beliau bilang sama Bapak mertuaku kalau beliau masih kangen sama kami, dan kalau menunggu hari raya nanti, rasanya terlalu lama buat beliau. Padahal itu adalah alasan Ibu mertuaku, Ibu mertuaku masih belum mau berpisah denganku, kurayu istriku agar membujuk Bapak mertuaku, berkat bujukan istriku akhirnya Bapak mertuaku membolehkan ibu mertuaku ikut kami ke Jakarta.
Ibu mertuaku sangat gembira sekali dan kulihat sekilas matanya melirik kearahku. Besoknya Aku memesan tiket kereta Argo Dwipangga, karena hari itu hari kerja, maka Akupun dengan mudah memperoleh tiket, Aku membeli empat tiket dan sedikit oleh -oleh untuk teman teman kami. Sesampainya aku dirumah, kami pun langsung berkemas kemas merapikan barang bawaan kami., Jam sudah menunjukan pukul 6:30 sore. Saat aku hendak menuju kekamar mandi aku berpapasan dengan Ibu mertuaku yang hari itu tampak cantik sekali, kubisikan kepadanya, agar Ibu mertuaku tidak usah memakai celana dalam, ibu mertuakupun tersenyum penuh arti. Dengan diantar Pakde Man dan Bapak mertuaku Jam 8:30 malam kami tiba di stasiun Balapan, setelah menunggu sekitar kurang lebih setengah jam keretapun berangkat. Kuputar bangku tempat duduk kami, biar kami bisA saling berhadapan. Istriku duduk bersama anakku yang sudah teridur dipangkuan istriku sementara aku duduk bersama ibumertuaku. Setelah lewat stasiun yogyakarta, kulihat bangku disamping tempat duduk lami kosong. Berarti sudah tidak ada penumpang.., akupun pindah tempat duduk di sebelah kami, ternyata penumpang kereta hari ini tidak begitu penuh. Dinginnya AC di kereta membuat banyak penumpang yang menarik selimut dan tertidur dengan lelapnya. Kulihat istri dan ibu mertuaku pun sudah tertidur. Jam 2 pagi aku terbangun kulihat istri dan anakku masih tertidur, aku bangkit dengan perlahan lahan kucolek Ibu mertuaku, beliau membuka matanya, sstt, akupun memberi kode kepada Ibu mertuaku. perlahan lahan Ibu mertuaku bangkit, kulihat istri dan anakku masih tertidur. “Bu.. aku kepengen.. bisikku..”,
Ibu mertuakupun tersenyum, kami berjalan ke arah belakang melewati penumpang lain yang masih lelap tertidur. Sesampainya kami di gerbong belakang, tepat dibelakang gerbong kami, ternyata hanya ada beberapa penumpang yang sedang terlelap dan masih banyak kursi yang kosong. Setelah mendapat tempat duduk yang kurasa aman kuputar bangku didepan biar aman dan lega bagian tengahnya. Langsung kupeluk Ibu mertuaku, kamipun saling berpagutan, kuremas tetek Ibu mertuaku, dengan perasaan yang sangat berdebar, kubuka celanaku sampai sebatas lutut, kontolku sudah tegak dengan sempurna, kuangkat rok panjang Ibu mertuaku.. wowwww ternyata Ibu mertuaku sudah tidak memakai celana dalam lagi. “Kamu yang suruh.. katanya”, sambil memencet hidungku. Aku duduk di lantai kereta, badanku bersandarkan tempat duduk, Ibu mertuakupun bangkit mengangkangiku, perlahan -lahan di arahkan memeknya ke burungku yang sudah tidak sabar menerima sarangnya.
Diturunkan perlahan lahan dan bless.. amblas semua kontolku masuk kedalam tertelan lobang nikmat Ibu mertuaku yag sudah sangat basah sekali. “Ahh rintih kami bersamaan..” Goncangan kereta api dan goyangan naik turun pantat Ibu mertuaku menambah nikmatnya persetubuhan kami. Dengan cepat Ibu mertuaku menaik turunkan pantatnya, kami berdua bersetubuh dengan rintihan perlahan. takut kalau -kalau ada penumpang yang terbangun dan melihat perbuatan kami. Hanya beberapa menit saja.., “Aahh, hh.. Ibuu aku.. aku.. mau keluarr..”. “Cret.. cret.. crett..” Kuangkat badanku dan kupeluk dengan erat tubuh Ibu mertuaku, tanpa sadar Ibu mertuakupun mengigit pundakku saat ejakulasi dan orgasme bersamaan hadir melanda dua insan manusia yang sedang lupa diri dan dilanda asmara. “Deg-deg-deg-deg”, suara jantungku, untungnya tidak ada seorangpun yang lewat.. modar mandir. Buru buru Aku dan Ibu mertuaku merapikan pakaian kami dan bergegas kembali kegerbong kami, kulihat anak dan istriku masih lelap tertidur, Aku dan Ibu mertuaku kembali keposisi kami masing-masing dan tertidur dengan senyum penuh kepuasan.
Labels:
Janda Narsis,
mertua,
sex dengan mama,
tante Cantik
Tetangga kos yang cantik

Sebut saja aku Edo,Aku cowok biasa aja aku ngrasa gak ada yang istimewa dari aku,bahkan mungkin sebagai cowok cenderung agak telat soal bercinta.buktinya hingga saat itu aku belom mempunyai cewek,sedangkan temen-temen kostku semua dah pada dapat gandengan sejak semester awal.
Hari itu minggu pagi,seperti biasa aku duduk di teras depan sambil baca koran ditemani secangkir kopi dan A-mild yang tinggal beberapa batang.tiba-tiba berhenti sebuah mobil pick-up di depan rumah kostku,rupanya ada yang mau menghuni rumah depanku yang sudah beberapa bulan kosong. kulihat sejenak ada seorang laki-laki berumur 35an turun diikuti seorang perempuan,belakangan kuketahui namanya mas Bram dan istrinya mbak Lia.
Sesaat ku amati mereka menurunkan barang-barang timbul rasa kasianku,karena yang bantuin cuma ada satu orang kuli dan sopir.Timbul niatku untuk berkenalan dan membantu mereka.
Sejak saat itu aku sering main kerumah mereka.aku juga makin akrab dengan mas Bram.Lama kelamaan aku jadi menganggap mas bram dan mak Lia seperti kakaku sendiri,mas Bram kadang juga mengajakku terlibat dalam bisnisnya,dia adalah disributor spare part yang baru mengembangkan bisnisnya di kota ini,sedangkan kantornya masih di surabaya,sehingga dia masih mesti sering ke surabaya hingga beberapa hari.
Suatu hari,minggu pagi seperti biasa aku duduk-duduk diteras depan baca jawa post sambil ngisep A mild.Tiba-tiba dari luar pintu pagar terdengar suara mbak lia menyapa" Lagi nyantai dik?"." Eh,iya mbak"jawabku sambil nglipet koran."bisa bantuin aku gak?""ngapain mbak?" "Betulin kran,dah aku beliin tadi tapi gak bisa masangnya,mas Bram lagi kesurabaya" tambahnya. "Ayuk" kataku sambil erus nylonong.
sekitar 15 menit aku selesai memasang kran,mbak lia dah nyiapin secangkir kopi."makasih lo dik" katanya."Emm kalo mau nonton film nonton aja tuh,kemaren mas bram beli VCD baru,mbak mau bikin pisang goreng" katanya lagi. "Wah boleh lah" kataku.aku mulai buka buka tumpukan VCD dari raknya.tiba2 kuliat ada seuah VCD bokep,ah cobain lah,tapi volumenya sengaja aku kecilin biar mbak lia gak denger pikirku.akupun mulai terlarut dengan film itu,adeganya mulai bikin kontolku mengeras.mataku tak berkedip sekalipun,tiba-tiba mbak lia mengagetkanku dari belakang,"Suka film Itu ya dik?" "Eh mbmbak.." mukaku jadi merah karena malu campur kaget,buru buru ku ambil remote,tapi mbak lia segera menimpali,"Gak apa-apa, lanjutin aja" Mbak juga pengin nonton kok" katanya,akupun gak bisa berbuat apa-apa.
akhirnya kami nonton berdua,tak ada sepatah katapun keluar dari mulutku walaupun mbak lia duduk stau sofa denganku,tak terasa kontolku mulai menegang lagi dan semakin tak tertahankan,bikin aku makin gelisah.Diam-diam mbak lia melirik ke arahku,aku pura-pura terus liat film itu.Tapi sesekali aku lirik dia juga nampak gelisah,dadaku makin berdegup tak karuan.
"Dik Edo dah pernah?" tiba-tiba suara mbak ani memecahkan suasana."Emm.."sebelum aku menjawab tiba-tiba mbak lia menggapai tanganku,sambil berkata"Dik aku horny.."di bawanya tanganku ke arah payudaranya yang besar dan montok itu.akupun tak bisa berbuat apa-apa,semenara batang kontolku semakin keras saja.lalu dia mulai menciumku,nafasnya terasa tersengal-sengal.akupun jadi makin bernafsu,akhirnya ku kulum juga bibirnya yang sensual mirip bibirnya sarah ashari itu,ooohh nikmat sekali bibir mbak lia.tangankupun mulai lihai,kubuka branya dan kuremas-remas payudaranya yang montok dan kenyal itu.ciumankupun kulanjutkan kelehernya yang jenjang dan mulus bak porselin,terus turun hingga ke punting,,wooow...rasanya tak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi.mbak liapun jadi tambah belingsatan, oh...dik....teru...s,....ough...yah., dan tangannya mulai turun menjamah batang kontolku yang sudah sangat tegang,dibukanya reslitingku,dan segera tugu pancoranku kluar menghadap lagit-langit dengan gagahnya,"oh dik ...besar banget punyamu," katanya,sambil serta merta penundukkan kepalanya...di emutnya kontolku mulai dari ujung,,ogh,,,...mmbba,,,k,..ennna,,,kk,diapun terus mengocok kontolku kedalam rongga mulutnya ooohh..uhgg,akupun makin tak tahan,terasa ada sesuatu yang mau mengalir deras dari saluran kencingku,tapi berusaha aku tahan.mmb,,,ak..aku gak taha.n,,buru-buru dia sudahi kocokanya,dan dia mulai lucuti semua pakaianya yang tersisa.akupun tak tinggal diam. segera ku buka T shirt dan jeans ku,hingga kami sama sama telanjang bulat.aku masih dalam posisi duduk menghadap TV,lalu mbak lia ambil posisi duduk di atas pangkuanku membelakangiku,sementara batang kontolku yang sudah sangat keras dan mengkilat karena ludah mbak lia sudah tak sabar menunggu.di pegangnya kontolku lalu di bimbingnya masuk ke liang veginanya...ogh,,,rasanya,,benar-benar niknmat di jepit vagina mbak lia yang lembut dan masih rapat itu,ugh....tanganku yang satu masih meremas-remas payudaranya sementara tangan yang lain meraba-raba ke daerah klitorisnya,,,ohh...ughh...diapun mulai melakukukan gerakan naik turun,,ooooohh...mba,,,k enakkk bange..t...iyaa..h dikk...mbak ...jjjuugaa.
ouu..sesekali dia memekik. mmmbak...aku dah gak tahhan...kataku..,kataku. lalu dia berdiri sehingga kontolku lepas dari vaginanya,dia ambil posisi tidur di sofa sambil membuka selangkangnya..sekarang nampak jelas olehku vagina yang indah kemerahan dan sudah sangat basah,diatasnya ditumbuhi bulu-bulu hitam yang halus,segara kuhampiri apa yang ada di hadapanku,kujilati bibir-bibirnya ooohh..enak banget...dan wanginya khas ..tak seperti yang kubanyangkan sebelumnya. diapun semakin belingsatan sambil tanganya meremas-remas apa yang ada,ooh dik,,,enak bange,,.dikk aku juga sudah,,gak taha,,,n,,keringatnya semakin deras membasahi sekujur tubuhnya,'masukinnn aja ..sekara,,ng..ouuugh...,segera aku ambil posisi di aasnya,lalu kakinya kuangkat ke pundakku,dan pelan- pelan kumasukkan kontolku ke lobang memeknya....oohh..yeaah,..benar-benar sensasi luar biasa yang belom pernah aku rasakan seumur hidup,lalu segera aku kocokkan kontolku hingga amblas sampai ke pangkal,dan kocokanku semakin cepat,,,membua aliran darah yang mengalir ketubuhku pun semakin deras,heringat pun mengucur membasahi tubuh kami berdua,,oooohhh,, uuugh,,,,ooogh...yyyea...yeaaahh.,,ayo,,,,dikkk,,, terusss.......ohhhg.
aku dah mau klu,,ar mbakk,,,,.iiiiiyyyaahh...iyyyaah..aku juga..dddiik..
oooogh....yeah...,dan kurasakan ada aliran deras yang sudah tak kuat lagi aku bendung hingga ke ujung kontolku...,lalu segera kubenamkan dalam-dalam kontolku kedalam vagina mbak lia,terasa badanku gemetar sampai ke ubun ubun,seiring menyemburnya semua isi yang membara dalam birahiku....ooouuh,bersamaan dengan itu kurasakan juga kaki-kaki mbak lia juga gemetar dan menjepit erat ke pinggangku sambil tanganya menjambak rambutku...ooooghh...dikkk,,en...aaaaak,,,
kamu....hebbaatt katanya sambil sekali lagi mencium bibirku.
Kamipun terkulai lemas sementara kontolku masih ku biarkan menikmati hangatnya liang vaginanya yang sudah sangat becek oleh spermaku dan cairan vaginanya..
Labels:
Cewek Kost,
Ibu Kostku,
tante Cantik
Cerita Hot Terbaru Bercinta di sukabumi
Waktu itu tahun 1988 saat aku baru saja menjadi mahasiswa semester satu sebuah perguruan tinggi komputer terkenal di Depok (di sebelah sebuah universitas negeri beken) . Seluruh mahasiswa baru ketika itu diwajibkan ikut kegiatan Jambore dan Bakti Sosial (Jambaksos) yang diadakan di sebuah areal perkemahan di daerah Sukabumi, Jawa Barat .
Pada hari yang ditentukan, siang hari kami semua bersiap-siap di kampus tercinta, kemudian segera diberangkatkan dengan menggunakan beberapa truk bak terbuka . Setelah menempuh perjalanan lebih kurang tiga sampai empat jam, diakibatkan ada salah satu truk yang salah jalan sehingga semua truk lain harus diam menunggu sejenak di suatu tempat, akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami . Hari sudah mulai gelap . Kulihat sekeliling kami . Uh, seram juga . Suasana sunyi dan gelap, maklum di daerah pegunungan yang tidak terlalu banyak penduduknya . Yang terdengar hanya suara mesin diesel truk yang cukup berisik . Akhirnya dengan konvoi truk satu persatu, kamu menuju tempat terbuka sebagai tempat parkir
truk-truk yang kami tumpangi tersebut . Sudah sampai?, Belum! Kami masih harus berjalan kaki lagi beberapa jauh melalui jalan setapak untuk mencapai tempat di mana kami akan mendirikan tenda-tenda kami .
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat kami memasuki areal perkemahan . Wah! Ternyata areal perkemahan sudah diterangi oleh beberapa lampu sorot yang cukup besar kekuatannya, yang sudah disiapkan oleh tim panitia yang telah mendahului kami ke sana satu hari sebelumnya . Mereka juga telah mendirikan dua buah MCK darurat . Satu khusus cewek dan satu khusus cowok . Dengan tubuh sedikit letih akibat perjalanan yang cukup jauh, kami pun mendirikan tenda masing-masing dengan bimbingan beberapa orang panitia . Satu tenda diisi oleh satu grup yang terdiri dari empat sampai lima orang . Cewek dan cowok pisah tenda . Katanya sih, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan! aku memang sial, grup aku semuanya terdiri dari anak-anak yang belum aku kenal . aku memang orangnya pemalu dan agak penakut, sehingga kurang cepat dalam bergaul . Setelah makan malam dan sedikit waktu istirahat, diadakan briefing mengenai jadwal kegiatan Jambaksos di hari-hari berikutnya . Briefing inilah satu-satunya acara yang diadakan pada hari pertama itu .
Tengah mengikuti briefing, tiba-tiba aku merasa ingin pipis . aku ragu-ragu untuk turun ke MCK yang didirikan di tepi sungai yang mengalir dekat perkemahan kami . aku yang memang dasar penakut, urung ke MCK tersebut . Habis jalan ke sana cukup jauh lagipula gelap sekali . Sementara untuk meminta dampingan salah seorang panitia malu rasanya . Akhirnya aku putuskan pergi ke balik semak yang sekelilingnya sepi dan agak tersembunyi serta agak jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang mengikuti briefing .
Ah . ., Lega rasanya setelah aku mengeluarkan seluruh isi kandung kemih aku . Mungkin kalau ditampung di botol, setengah liter ada . aku memang menahan pipis dari waktu masih di daerah Bogor saat perjalanan menuju kemari . Apalagi ditunjang oleh dinginnya udara pegunungan di sini sampai ke sumsum tulang .
"Hi hi hi hi . ., Hei, ngapain kamu di situ?!" Tampak dua orang panitia datang ke arah aku sambil cengengesan . aku mengenal mereka, yang satu namanya Alfa (bukan nama sebenarnya), yang rambutnya sepundaknya sedikit kecoklatan, sedangkan yang rambutnya hitam pekat dipotong pendek adalah Pratiwi (juga bukan nama sebenarnya) . Kedua-duanya tinggi tubuhnya hampir sama . Sama-sama cantik dan sama-sama sensual . Payudara merekapun termasuk berukuran besar dan membulat, dengan milik Pratiwi sedikit lebih besar ketimbang milik Alfa . Ini kelihatan dari balik kaus oblong cukup ketat yang mereka kenakan . Mereka berdua adalah anggota seksi P3K .
" aku . ., aku lagi buang air, Kak", jawab aku dengan takut-takut . Tapi Alfa dan Pratiwi malah mendekati dan melompat turun ke tempat persembunyian aku yang letaknya sedikit di bawah areal perkemahan itu .
"Kenapa kamu pipis di sini, hah?, Bukannya kita sudah punya MCK sendiri di sana?", tanya Alfa .
"Habis, aku takut, Kak ." aku masukkan penis aku dan aku naikkan kait retsleting celana aku . Alfa dan Pratiwi tertawa melihat perbuatan aku .
"Eit! Ini garasi jangan ditutup dulu", kata Pratiwi sambil meremas selangkangan aku . Ouch! Kemudian tangannya membuka kembali retsleting yang sempat aku tutup .
"Wow! Fa, lihat, doi nggak pake celana dalam!", aku memang jarang mengenakan celana dalam bila pergi ke mana-mana .
"Mana, Wi? Gue mau lihat", sahut Alfa mendekati selangkangan aku . Pratiwi memberi tempat kepada Alfa . Alfa memasukkan tangan kanannya ke dalam celah ritsluiting aku . Dia mengelus-ngelus senjata aku dengan tangannya yang hangat, membuat aku mulai menggelinjang menahan nikmat .
"Wi, doi belum disunat! Kamu pernah main sama penis yang belum disunat?", Alfa mengeluarkan penis aku dari dalam sangkarnya . Pratiwi hanya mengangkat bahunya saja .
"Eh, Oom Senang . Ini hukuman kamu karena sudah buang air sembarangan! Sekarang kamu diam aja yah!", kata Alfa sedikit melotot .
Alfa mendekatkan penis aku ke mulutnya . Beberapa detik kemudian mulutnya telah asyik melumat penis aku . Ah, penis aku itu semakin mengeras . Ini menambah keasyikan tersendiri bagi Alfa yang terus mengulum penis aku yang meskipun tidak terlalu panjang namun berdiameter cukup besar . Mata aku hampir mencelat keluar sewaktu Alfa menjilat-jilati ujung penis aku yang tegang menjulang . Gelitikkan lidahnya yang nikmat mulai membangkitkan gairah birahi aku yang selama ini terpendam .
"Fa! Bagi dong gue! Jangan kamu habisin sendiri!", Pratiwi tidak mau kalah . Ia mengarahkan tangannya ke belakang pinggang aku , lalu dipelorotkannya celana panjang aku ke bawah sehingga menampakkan penis aku yang tampak sudah siap tempur . Dinginnya udara malam yang menusuk kulit paha aku yang telanjang tidak terasa, terhapus oleh kenikmatan yang sedang aku alami di selangkangan aku . Kemudian Pratiwi mendekatkan bibirnya yang ranum dengan sapuan lipstik tipis ke penis aku . Lalu dengan lahapnya mereka berdua menguasai penis aku dengan kuluman dan jilatan lidah mereka yang bertubi-tubi, membuat tubuh aku seperti tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang aduhai ini .
"aah . ., Kak . ., aku sudah mau keluar . .", kata aku mendesah-desah . Tapi Alfa dan Pratiwi tidak mempedulikannya . Mereka masih asyik menjelajahi seluruh permukaan selangkangan aku dengan mulut dan lidah mereka yang seperti ular . Akhirnya dengan dua-tiga kali kedutan, aku memuntahkan seluruh cairan kental isi penis aku ke wajah Alfa .
"Ma . . Maaf, Kak . aku nggak sengaja ." Alfa bukannya marah melainkan malah tersenyum senang . Dijilatinya air mani aku yang ada di wajahnya .
Mengetahui bahwa dirinya tidak kebagian cairan nikmat aku , Pratiwi menjulur-julurkan lidahnya ke arah wajah Alfa . Ia ikut menjilat-jilati wajah Alfa seperti meminta bagian . Alfa tampaknya mengalah . Tiba-tiba bibirnya yang merah merekah mencium bibir Pratiwi . Dan Pratiwi pun membalasnya . Sementara tangannya mulai meremas-remas dua tonjolan bulat yang ada di dada Alfa .
"Ah . . Wi . . Terusin . . Ah . ." Persetujuan Alfa ini membuat Pratiwi melanjutkan kegiatannya . Ia melepaskan kaus oblong yang dikenakan Alfa . Kemudian tangan kirinya diselipkan ke balik BH Alfa yang berwarna putih . Diremas-remasnya payudara mulus Alfa yang bulat membusung . Sesudah itu tangannya beralih ke punggung Alfa . Dibukanya pengikat BH Alfa . Dan tak terhalangi lagi payudara Alfa yang indah seperti buah mangga harumanis yang ranum, dengan puting susunya yang tinggi menjulang menggemaskan dikeliling oleh lingkaran kemerahan yang cukup lebar . Tanpa mau melepaskan kesempatan emas ini, mulut Pratiwi langsung melumat puting susu Alfa yang mulai menegang . Dengan lidahnya yang menjulur-julur seperti ular, dijilatinya ujung puting susu yang menggairahkan itu . Sekali-sekali disedotnya puting susu itu, membuat mata Alfa mendelik kenikmatan .
Melihat perbuatan kedua senior aku itu, tak aku sadari, penis aku yang tadi sudah loyo bangkit kembali dan semakin mengeras .
Sekonyong-konyong Alfa melepaskan diri dari jamahan Pratiwi . Ia memandangi temannya dengan wajah seperti memohon . Pratiwi pun memahami apa maksud Alfa . Ia menanggalkan semua pakaian yang dikenakannya, lalu merebahkan tubuh bugilnya yang mulus di rumput dengan beralaskan pakaian yang telah dilepasnya tadi . Mulut Alfa langsung menyergap payudara Pratiwi yang berukuran besar laksana buah pepaya bangkok tapi tampak kenyal dan kencang . Lidahnya menjelajahi setiap inci bagian payudara temannya yang memang indah dan membusung itu, termasuk celah-celah yang membelah kedua bukit kembar dengan ujungnya yang mencuat tinggi itu . Dengan mahir Alfa menggesek-gesekkan ujung lidahnya yang basah ke ujung puting susu Pratiwi yang tinggi dan keras, membuat Pratiwi menggerinjal keras sementara mulutnya mendesis-desis bak ular yang siap menerkam mangsanya . Sementara tangan kirinya menelusuri selangkangan Pratiwi . Ia mempermainkan clitoris memerah yang ada di bibir vagina Pratiwi . Diusap-usapnya daging kecil pembawa nikmat itu dengan halusnya dengan jari tengahnya . Diimbangi dengan gerakan naik-turun pantat Pratiwi yang bahenol itu . Kemudian dengan sekali gerakan, Alfa menyodokkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya sekaligus ke dalam vagina Pratiwi, membuat tubuh temannya ini terhentak keras ke atas . Pratiwi tampak memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang tidak bisa ditandingi oleh apapun di dunia ini ketika Alfa memainkan ketiga jarinya itu masuk-keluar vagina Pratiwi, makin lama makin cepat .
Menyaksikan pemandangan yang indah ini, insting kelaki-lakian aku mendorong aku menghampiri kedua cewek yang tengah dilanda nafsu birahi itu . Dengan sedikit rasa takut dan ragu-ragu, aku pegang pinggang Alfa . Setelah menyadari tidak adanya penolakan, membuat rasa keberanian aku timbul, ditambah oleh rasa aneh di selangkangan aku yang sudah minta untuk dilampiaskan . aku membuka retsleting celana panjang Alfa kemudian aku turunkan celana panjang itu berikut celana dalam yang dipakainya sampai sebatas mata kaki . Seketika itu juga tercium aroma khas nan segar dari selangkangan Alfa yang terpampang bebas . Tanpa menunda-nunda lagi, aku segera menghunjamkan penis aku ke dalam vagina Alfa dengan keras dari belakang, membuat cewek itu menjerit kecil, "Ouuhh . ."
"Ah . ., terusin . ., lebih kencang . ., lebih dalam . ., . Ouhh . .", Desah-desahan penuh kenikmatan dari Alfa membuat aku tambah bernafsu . aku semakin mempertinggi intensitas masuk-keluarnya gerakan penis aku di dalam vagina Alfa, mengakibatkan tubuh molek gadis itu berguncang-guncang dengan keras . Kedua payudaranya yang menggantung molek di dadanya dan ikut bergoyang-goyang mengimbangi guncangan tubuhnya sedang dilumat oleh Pratiwi . Puting susunya yang menjulang itu tengah diisap-isap oleh temannya, semakin membuat Alfa mendesah-desah hebat . Sementara di bagian bawah, aku masih mempermainkan penis aku terus-menerus di dalam vaginanya, membuat Alfa kehilangan keseimbangan . Tubuhnya yang putih dan mulus jatuh menindih tubuh Pratiwi yang ada di bawahnya . Namun ini tidak menghentikan permainan kita .
"uuh . ., Kak . ., aku sudah mau keluar . ., Mau . ., di dalam . ., atau . ., di luar . .?", aku merasakan sudah tidak mampu lagi menahan gejolak yang ada di burun aku .
"hh . ., Di dalam aja . ., Ouhh . .", jawab Alfa sambil terus menggerinjal .
Akhirnya permainan kita usai sudah, diakhiri dengan ditembakkannya lagi cairan-cairan kental berwarna putih dari penis aku ke dalam vagina Alfa . aku dengan penis masih berada di dalam vagina Alfa terkulai lemas di samping tubuh cewek itu yang dengan lemas masih menindih tubuh Pratiwi yang kelihatannya kurang puas .
"Kamu masih punya hutang lho sama gue", kata Pratiwi mengingatkan aku . aku tidak menjawab, hanya mengangguk saja .
Lima menit lamanya kami terdiam . Setelah itu kami bangkit dan membereskan pakaian kami kembali, bersamaan dengan selesainya acara briefing malam itu . Dengan mengendap-endap setelah menengok ke sekeliling terlebih dahulu kami bertiga keluar dari tempat persembunyian kami, kemudian dengan perasaan sepertinya tidak pernah terjadi apa-apa, kami kembali ke tenda kami masing-masing untuk bergabung dengan teman-teman lainnya .
"Eh, kamu tadi ngapain bertiga sama Kak Tiwi dan Kak Alfa?", tanya salah seorang teman aku satu tenda . aku hanya tersenyum penuh arti .
Pada hari yang ditentukan, siang hari kami semua bersiap-siap di kampus tercinta, kemudian segera diberangkatkan dengan menggunakan beberapa truk bak terbuka . Setelah menempuh perjalanan lebih kurang tiga sampai empat jam, diakibatkan ada salah satu truk yang salah jalan sehingga semua truk lain harus diam menunggu sejenak di suatu tempat, akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami . Hari sudah mulai gelap . Kulihat sekeliling kami . Uh, seram juga . Suasana sunyi dan gelap, maklum di daerah pegunungan yang tidak terlalu banyak penduduknya . Yang terdengar hanya suara mesin diesel truk yang cukup berisik . Akhirnya dengan konvoi truk satu persatu, kamu menuju tempat terbuka sebagai tempat parkir
truk-truk yang kami tumpangi tersebut . Sudah sampai?, Belum! Kami masih harus berjalan kaki lagi beberapa jauh melalui jalan setapak untuk mencapai tempat di mana kami akan mendirikan tenda-tenda kami .
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat kami memasuki areal perkemahan . Wah! Ternyata areal perkemahan sudah diterangi oleh beberapa lampu sorot yang cukup besar kekuatannya, yang sudah disiapkan oleh tim panitia yang telah mendahului kami ke sana satu hari sebelumnya . Mereka juga telah mendirikan dua buah MCK darurat . Satu khusus cewek dan satu khusus cowok . Dengan tubuh sedikit letih akibat perjalanan yang cukup jauh, kami pun mendirikan tenda masing-masing dengan bimbingan beberapa orang panitia . Satu tenda diisi oleh satu grup yang terdiri dari empat sampai lima orang . Cewek dan cowok pisah tenda . Katanya sih, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan! aku memang sial, grup aku semuanya terdiri dari anak-anak yang belum aku kenal . aku memang orangnya pemalu dan agak penakut, sehingga kurang cepat dalam bergaul . Setelah makan malam dan sedikit waktu istirahat, diadakan briefing mengenai jadwal kegiatan Jambaksos di hari-hari berikutnya . Briefing inilah satu-satunya acara yang diadakan pada hari pertama itu .
Tengah mengikuti briefing, tiba-tiba aku merasa ingin pipis . aku ragu-ragu untuk turun ke MCK yang didirikan di tepi sungai yang mengalir dekat perkemahan kami . aku yang memang dasar penakut, urung ke MCK tersebut . Habis jalan ke sana cukup jauh lagipula gelap sekali . Sementara untuk meminta dampingan salah seorang panitia malu rasanya . Akhirnya aku putuskan pergi ke balik semak yang sekelilingnya sepi dan agak tersembunyi serta agak jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang mengikuti briefing .
Ah . ., Lega rasanya setelah aku mengeluarkan seluruh isi kandung kemih aku . Mungkin kalau ditampung di botol, setengah liter ada . aku memang menahan pipis dari waktu masih di daerah Bogor saat perjalanan menuju kemari . Apalagi ditunjang oleh dinginnya udara pegunungan di sini sampai ke sumsum tulang .
"Hi hi hi hi . ., Hei, ngapain kamu di situ?!" Tampak dua orang panitia datang ke arah aku sambil cengengesan . aku mengenal mereka, yang satu namanya Alfa (bukan nama sebenarnya), yang rambutnya sepundaknya sedikit kecoklatan, sedangkan yang rambutnya hitam pekat dipotong pendek adalah Pratiwi (juga bukan nama sebenarnya) . Kedua-duanya tinggi tubuhnya hampir sama . Sama-sama cantik dan sama-sama sensual . Payudara merekapun termasuk berukuran besar dan membulat, dengan milik Pratiwi sedikit lebih besar ketimbang milik Alfa . Ini kelihatan dari balik kaus oblong cukup ketat yang mereka kenakan . Mereka berdua adalah anggota seksi P3K .
" aku . ., aku lagi buang air, Kak", jawab aku dengan takut-takut . Tapi Alfa dan Pratiwi malah mendekati dan melompat turun ke tempat persembunyian aku yang letaknya sedikit di bawah areal perkemahan itu .
"Kenapa kamu pipis di sini, hah?, Bukannya kita sudah punya MCK sendiri di sana?", tanya Alfa .
"Habis, aku takut, Kak ." aku masukkan penis aku dan aku naikkan kait retsleting celana aku . Alfa dan Pratiwi tertawa melihat perbuatan aku .
"Eit! Ini garasi jangan ditutup dulu", kata Pratiwi sambil meremas selangkangan aku . Ouch! Kemudian tangannya membuka kembali retsleting yang sempat aku tutup .
"Wow! Fa, lihat, doi nggak pake celana dalam!", aku memang jarang mengenakan celana dalam bila pergi ke mana-mana .
"Mana, Wi? Gue mau lihat", sahut Alfa mendekati selangkangan aku . Pratiwi memberi tempat kepada Alfa . Alfa memasukkan tangan kanannya ke dalam celah ritsluiting aku . Dia mengelus-ngelus senjata aku dengan tangannya yang hangat, membuat aku mulai menggelinjang menahan nikmat .
"Wi, doi belum disunat! Kamu pernah main sama penis yang belum disunat?", Alfa mengeluarkan penis aku dari dalam sangkarnya . Pratiwi hanya mengangkat bahunya saja .
"Eh, Oom Senang . Ini hukuman kamu karena sudah buang air sembarangan! Sekarang kamu diam aja yah!", kata Alfa sedikit melotot .
Alfa mendekatkan penis aku ke mulutnya . Beberapa detik kemudian mulutnya telah asyik melumat penis aku . Ah, penis aku itu semakin mengeras . Ini menambah keasyikan tersendiri bagi Alfa yang terus mengulum penis aku yang meskipun tidak terlalu panjang namun berdiameter cukup besar . Mata aku hampir mencelat keluar sewaktu Alfa menjilat-jilati ujung penis aku yang tegang menjulang . Gelitikkan lidahnya yang nikmat mulai membangkitkan gairah birahi aku yang selama ini terpendam .
"Fa! Bagi dong gue! Jangan kamu habisin sendiri!", Pratiwi tidak mau kalah . Ia mengarahkan tangannya ke belakang pinggang aku , lalu dipelorotkannya celana panjang aku ke bawah sehingga menampakkan penis aku yang tampak sudah siap tempur . Dinginnya udara malam yang menusuk kulit paha aku yang telanjang tidak terasa, terhapus oleh kenikmatan yang sedang aku alami di selangkangan aku . Kemudian Pratiwi mendekatkan bibirnya yang ranum dengan sapuan lipstik tipis ke penis aku . Lalu dengan lahapnya mereka berdua menguasai penis aku dengan kuluman dan jilatan lidah mereka yang bertubi-tubi, membuat tubuh aku seperti tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang aduhai ini .
"aah . ., Kak . ., aku sudah mau keluar . .", kata aku mendesah-desah . Tapi Alfa dan Pratiwi tidak mempedulikannya . Mereka masih asyik menjelajahi seluruh permukaan selangkangan aku dengan mulut dan lidah mereka yang seperti ular . Akhirnya dengan dua-tiga kali kedutan, aku memuntahkan seluruh cairan kental isi penis aku ke wajah Alfa .
"Ma . . Maaf, Kak . aku nggak sengaja ." Alfa bukannya marah melainkan malah tersenyum senang . Dijilatinya air mani aku yang ada di wajahnya .
Mengetahui bahwa dirinya tidak kebagian cairan nikmat aku , Pratiwi menjulur-julurkan lidahnya ke arah wajah Alfa . Ia ikut menjilat-jilati wajah Alfa seperti meminta bagian . Alfa tampaknya mengalah . Tiba-tiba bibirnya yang merah merekah mencium bibir Pratiwi . Dan Pratiwi pun membalasnya . Sementara tangannya mulai meremas-remas dua tonjolan bulat yang ada di dada Alfa .
"Ah . . Wi . . Terusin . . Ah . ." Persetujuan Alfa ini membuat Pratiwi melanjutkan kegiatannya . Ia melepaskan kaus oblong yang dikenakan Alfa . Kemudian tangan kirinya diselipkan ke balik BH Alfa yang berwarna putih . Diremas-remasnya payudara mulus Alfa yang bulat membusung . Sesudah itu tangannya beralih ke punggung Alfa . Dibukanya pengikat BH Alfa . Dan tak terhalangi lagi payudara Alfa yang indah seperti buah mangga harumanis yang ranum, dengan puting susunya yang tinggi menjulang menggemaskan dikeliling oleh lingkaran kemerahan yang cukup lebar . Tanpa mau melepaskan kesempatan emas ini, mulut Pratiwi langsung melumat puting susu Alfa yang mulai menegang . Dengan lidahnya yang menjulur-julur seperti ular, dijilatinya ujung puting susu yang menggairahkan itu . Sekali-sekali disedotnya puting susu itu, membuat mata Alfa mendelik kenikmatan .
Melihat perbuatan kedua senior aku itu, tak aku sadari, penis aku yang tadi sudah loyo bangkit kembali dan semakin mengeras .
Sekonyong-konyong Alfa melepaskan diri dari jamahan Pratiwi . Ia memandangi temannya dengan wajah seperti memohon . Pratiwi pun memahami apa maksud Alfa . Ia menanggalkan semua pakaian yang dikenakannya, lalu merebahkan tubuh bugilnya yang mulus di rumput dengan beralaskan pakaian yang telah dilepasnya tadi . Mulut Alfa langsung menyergap payudara Pratiwi yang berukuran besar laksana buah pepaya bangkok tapi tampak kenyal dan kencang . Lidahnya menjelajahi setiap inci bagian payudara temannya yang memang indah dan membusung itu, termasuk celah-celah yang membelah kedua bukit kembar dengan ujungnya yang mencuat tinggi itu . Dengan mahir Alfa menggesek-gesekkan ujung lidahnya yang basah ke ujung puting susu Pratiwi yang tinggi dan keras, membuat Pratiwi menggerinjal keras sementara mulutnya mendesis-desis bak ular yang siap menerkam mangsanya . Sementara tangan kirinya menelusuri selangkangan Pratiwi . Ia mempermainkan clitoris memerah yang ada di bibir vagina Pratiwi . Diusap-usapnya daging kecil pembawa nikmat itu dengan halusnya dengan jari tengahnya . Diimbangi dengan gerakan naik-turun pantat Pratiwi yang bahenol itu . Kemudian dengan sekali gerakan, Alfa menyodokkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya sekaligus ke dalam vagina Pratiwi, membuat tubuh temannya ini terhentak keras ke atas . Pratiwi tampak memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang tidak bisa ditandingi oleh apapun di dunia ini ketika Alfa memainkan ketiga jarinya itu masuk-keluar vagina Pratiwi, makin lama makin cepat .
Menyaksikan pemandangan yang indah ini, insting kelaki-lakian aku mendorong aku menghampiri kedua cewek yang tengah dilanda nafsu birahi itu . Dengan sedikit rasa takut dan ragu-ragu, aku pegang pinggang Alfa . Setelah menyadari tidak adanya penolakan, membuat rasa keberanian aku timbul, ditambah oleh rasa aneh di selangkangan aku yang sudah minta untuk dilampiaskan . aku membuka retsleting celana panjang Alfa kemudian aku turunkan celana panjang itu berikut celana dalam yang dipakainya sampai sebatas mata kaki . Seketika itu juga tercium aroma khas nan segar dari selangkangan Alfa yang terpampang bebas . Tanpa menunda-nunda lagi, aku segera menghunjamkan penis aku ke dalam vagina Alfa dengan keras dari belakang, membuat cewek itu menjerit kecil, "Ouuhh . ."
"Ah . ., terusin . ., lebih kencang . ., lebih dalam . ., . Ouhh . .", Desah-desahan penuh kenikmatan dari Alfa membuat aku tambah bernafsu . aku semakin mempertinggi intensitas masuk-keluarnya gerakan penis aku di dalam vagina Alfa, mengakibatkan tubuh molek gadis itu berguncang-guncang dengan keras . Kedua payudaranya yang menggantung molek di dadanya dan ikut bergoyang-goyang mengimbangi guncangan tubuhnya sedang dilumat oleh Pratiwi . Puting susunya yang menjulang itu tengah diisap-isap oleh temannya, semakin membuat Alfa mendesah-desah hebat . Sementara di bagian bawah, aku masih mempermainkan penis aku terus-menerus di dalam vaginanya, membuat Alfa kehilangan keseimbangan . Tubuhnya yang putih dan mulus jatuh menindih tubuh Pratiwi yang ada di bawahnya . Namun ini tidak menghentikan permainan kita .
"uuh . ., Kak . ., aku sudah mau keluar . ., Mau . ., di dalam . ., atau . ., di luar . .?", aku merasakan sudah tidak mampu lagi menahan gejolak yang ada di burun aku .
"hh . ., Di dalam aja . ., Ouhh . .", jawab Alfa sambil terus menggerinjal .
Akhirnya permainan kita usai sudah, diakhiri dengan ditembakkannya lagi cairan-cairan kental berwarna putih dari penis aku ke dalam vagina Alfa . aku dengan penis masih berada di dalam vagina Alfa terkulai lemas di samping tubuh cewek itu yang dengan lemas masih menindih tubuh Pratiwi yang kelihatannya kurang puas .
"Kamu masih punya hutang lho sama gue", kata Pratiwi mengingatkan aku . aku tidak menjawab, hanya mengangguk saja .
Lima menit lamanya kami terdiam . Setelah itu kami bangkit dan membereskan pakaian kami kembali, bersamaan dengan selesainya acara briefing malam itu . Dengan mengendap-endap setelah menengok ke sekeliling terlebih dahulu kami bertiga keluar dari tempat persembunyian kami, kemudian dengan perasaan sepertinya tidak pernah terjadi apa-apa, kami kembali ke tenda kami masing-masing untuk bergabung dengan teman-teman lainnya .
"Eh, kamu tadi ngapain bertiga sama Kak Tiwi dan Kak Alfa?", tanya salah seorang teman aku satu tenda . aku hanya tersenyum penuh arti .
Labels:
tante Cantik
Subscribe to:
Posts (Atom)
Amung
Label
- ABG Bule
- Accer
- Acer
- Aduhai Seksi
- Agak Gendut
- Agama
- Ahmad dani
- Akun
- Analisa
- android
- Aneh
- Antivirus
- Apec
- Aplikasi
- Apple
- Arab
- artis
- Artis hot
- Asus
- AutoSurf Pro
- Axio
- Bahenol
- Bali
- Banner
- Baterai
- Berita
- Berita Cewek
- Berlian
- Birahi ABG Liar
- Bisnis Online
- Blackberry
- BLACKBERRY BOLD
- BLACKBERRY Javelin
- BLACKBERRY ONYX
- BLACKBERRY ONYX WHITE
- BLACKBERRY Pearl 3G 9105
- BLACKBERRY STORM 2 9550
- Blackberry Torch 9800
- Blogger
- Bocah SD dan Gadis smu
- Bonus
- Brondong
- Brondong SMA
- Browser
- bu Mila
- Camera Canon
- Camera Handycam
- Camera NIKON
- cantik
- Cerita hantu
- Cerita panas
- Cerita selingkuh
- cewek
- Cewek Arab
- Cewek Kost
- Chat
- Cinta
- Cinta Terlarang
- Deposit
- Dewasa
- Diperkosa Anakku
- Dokter cantik
- Domain
- Dosenku
- Doubler Pro 2011
- download
- Dramatis
- dua lelaki
- Dugem
- EA Robot
- ekonomi
- Forex
- Fujitsu
- Gadis
- Gadis Gairah
- Gadis Belia
- Gadis hot
- Gairah
- Gambar
- Game
- Games LibertyReserve
- Ganti istri
- GC Golden Exchange
- GC HYIP Manager v2013
- Gigolo bali
- Google.com
- Haji
- Hamil
- Handphone
- Handphone NOKIA N900
- Handphone NOKIA X6
- Handphone SONY Ericsson Vivas
- Hantu
- Hipnotis
- Hosting
- Hotel
- HTML
- Hujan
- Hyip Indonesian Script
- HYIP Lister
- Hyip manager Pro
- HYIP Script with out database
- Hyip Template
- Ibu ayu
- Ibu Guru Yang seksi
- Ibu Kostku
- Ibu Rini
- Ibu Rumah Tangga
- Indikator
- Indonesia
- indosat
- internet
- Internet koneksi
- Investasi
- islam
- istri Bos
- Jam
- Janda Narsis
- Java
- Jilbab
- JNE
- Jokowi
- Jual istri
- kaisar
- Kakak Ipar
- Kamus
- Keajaiban
- Kecanduan Pria
- Konser
- Lagu
- Laptop
- Lenovo
- Libertyreserve.com
- Links Important
- Lubang buaya
- Makanan
- mama teman
- Manusia
- Masjid
- Matrix Script Hyip
- Mbak ana
- Merawat Penis
- mertua
- Mesum Luna Maya
- MetaTrader4
- Mie Instan Haram
- Misteri
- Mobil
- Modem
- Montok
- Montok Ah
- Nafsuku
- Nawala
- NAZI
- Netbook ACER Aspire One D255 - Win7
- Netbook Aspire One D255
- Netbook Asus Eee PC 1005PX
- Netbook Asus Eee PC 1015P Black
- Netbook ASUS Eee PC 1015P WIN 7
- Netbook ASUS Eee PC T101MT
- Netbook AXIOO PICO DHN618 XP Home
- Netbook AXIOO PICO PJM615
- Netbook ELEVO Hornet A10116-280-3G
- Netbook FORSA POSHBOOK G
- Netbook NOKIA BOOKLET 3G-RX75
- Netbook TOSHIBA NB305-A101 Blue
- Netbook TOSHIBA NB305-A108
- Neversay ASHYIP
- Ngentot istri
- NOKIA 5800 Xpress Music
- NOKIA E72
- NOKIA N900
- Notebook
- Notebook ACER Aspire 4745G-5462G64Mn Win7
- Notebook ACER Aspire 4820TG-5464G64Mnss Timeline X
- Notebook ACER Aspire 5738PG-874G50M Touch
- Notebook ACER Aspire AS5943G-744G64Mn Win7
- Notebook ACER Aspire Timeline 3820TG-5464G64Mn
- Notebook ACER TravelMate 6293-872G32Mn with 3G
- Notebook ACER TravelMate 8371-944G50n
- Notebook APPLE MacBook Air MC233ZP/A
- Notebook APPLE MacBook Air MC234ZP/A
- Notebook APPLE MacBook Pro MB985ZP/A
- Notebook APPLE MacBook Pro MC118ZP/A
- Notebook BYON ALVERSTONE M7451 G/M T4200
- Notebook BYON ALVERSTONE M8141 S/S T4200
- Notebook BYON Castilo S8530 N/M P8400
- Notebook BYON QUEVA W5211 G/SR T8300
- Notebook BYON QUEVA W5231 G/SR P8600
- Notebook FUJITSU LifeBook LH520
- Notebook FUJITSU LifeBook LH530
- Notebook FUJITSU LifeBook LH700 - Pink / White
- Notebook FUJITSU LifeBook SH560e
- Notebook GIGABYTE BOOKTOP M1022
- Notebook Gigabyte Touch Note T1028X
- Notebook HP COMPAQ Presario CQ42-254TU -
- Notebook HP Pavilion dv3-2314TX Black
- Notebook HP Presario CQ42-102TU
- Notebook HP ProBook 4320s BLACK
- Notebook HP ProBook 4420s
- Notebook HP ProBook 5310m Notebook PC
- Notebook Notebook HP Compaq Presario CQ42-160TX - Black
- Notebook Notebook HP Presario CQ42-207TU
- Notebook Noteboook TOSHIBA Satellite L645-1044XR - RED Win7
- Notebook SAMSUNG R480
- Notebook SONY Vaio CW21 WHITE
- Notebook SONY Vaio EB21EG
- Notebook SONY Vaio VPC-F115-FG
- Notebook SONY Vaio VPCEA15FG
- Notebook SONY Vaio VPCS116FG
- Notebook TOSHIBA Satellite A665-10033D
- Notebook TOSHIBA Satellite C640-1010U
- Notebook Toshiba Satellite E205-S1904
- Notebook TOSHIBA Satellite L645-1043UB - Brown
- Notebook TOSHIBA Satellite M645-1010X
- Notebook TOSHIBA Satellite U505-CoreI3 Red
- Oral Sex
- Orgasme
- Pacar Kakak
- Padat Berisi
- Panti Pijat
- Party sex
- Pasutri Swinger
- Paypal
- PC
- PDA
- PDA be Touch E101
- PDA neo Touch S200
- PDA Tempo X960
- PDA ACER Liquid E
- Pembantu
- Pendaftaran
- Pendidikan
- Pengiriman
- Penipuan
- Perawan
- Perkosaan
- Pernikahan
- Peronda Malam
- Perusahaan
- Pesta sex
- Pijat plus
- Prajurit
- Printer CANON PIXMA IX7000 - A3 Printer
- Printer HP Officejet 7000 Wide Format Printer A3
- Printer Printer Canon Pixma iP3680
- Projector SHARP XR32XL LCD
- Projector ACER Projector X1130P
- Projector BenQ MP512ST LCD
- Projector BenQ MP522ST
- Projector BenQ MP525
- Projector BenQ MP624
- Projector SONY VPL-DX11
- Projector SONY VPL-DX15
- Projector SONY VPL-EX130
- Projector SONY VPL-MX20
- Proxy
- Proyektor
- PTC Script
- PTP Script
- Putriku
- qur'an
- Qurban
- Ramalan
- Randomizer LR
- Rani
- Ratih Namaku...
- Rebate
- Revenue Sharing Script
- sejarah
- Sekolah
- sekolahan
- Seks Bertiga
- seks Guru
- Seks Vani
- SEO
- Seorang Guru
- Sepupuku
- Sex
- sex dengan mama
- SMS Gratis
- Sony
- Sopir Pribadi
- Spyware
- Strategi Trading
- Stress
- Suamiku
- Sulap
- Suster Keramas
- Swinger
- Syahrini Bugil
- Symbian
- Tablet PC
- tante
- tante 35 tahun
- Tante Bella
- tante Cantik
- Tante dan om
- Tante Eva
- Tante Ida
- tante ken
- Tante Linda yang sexy
- Tante Maya
- Tante Mira
- Tante Ninik Yang Hot
- Tante Nita
- Tante Ratna
- Tante Vera
- Tanteku
- Teknologi
- Telkom
- Telkomsel
- Teman
- Teroris
- Tetanggaku
- TIKI Online
- Tobat
- Togel Online
- Toshiba
- Trading
- Travel
- uang
- Ulang Tahun
- Vacation
- Video Conferencing
- Video Streaming
- Virus
- VOIP
- Waktu
- wanita
- warnet
- Web Design
- Web Development
- Web Hosting
- website
- Website Traffic
- Wedding
- Widget
- Windows
- Wine
- Wirausaha
- wisata
- Withdrawal
- Women
- Writing Tips
- Yeni
- Youtube.com