Pages

Showing posts with label Cerita hantu. Show all posts
Showing posts with label Cerita hantu. Show all posts

Monday, October 7, 2013

Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang

Namaku Supriyono. Waktu itu, sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku dan dua orang kawanku, Yudha dan Eko sedang berwisata ke Lawang Sewu, sebuah gedung tua bersejarah di kota Semarang. Di sana, setelah kami mencari juru kuncinya, kami meminta ijin untuk masuk. Setelah diberi ijin, kami diantarkan memasuki gedung tua bersejarah itu. Saay masuk di pintu gerbang yang besar kami diberi beberapa nasehat serta pantangan.  Berikut adalah Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu SemarangSaat kami melewati lorong, tiba-tiba aku merasa merinding, seakan ada yang mengikutiku dari belakang. Akupun menoleh ke belakang, dan ternyata benar, sosok hantu wanita mengikutiku. Akupun kembali meneruskan berjalan di lorong itu. Pandanganku menyasar ke sekeliling, ternyata ada satu tangan besar hitam berbulu lebat menutupi jendela. Ya, itu tangan hantu gondoruwo. Tapi aku diam saja, aku tidak berkomentar karena sesuai pesan juru kunci bahwa kami tidak boleh berisik dan tidak boleh berkomentar di dalam gedung ini.



Perjalanan kami lanjutkan ke loteng atau ruang atas. Nuansa mistis gedung ini kian terasa. Kami bertiga saling terdiam. Kami melihat hantu pocong dengan muka hancur tak karuan.  Kami segera turun, dan perjalanan kami lanjutkan ke ruang tengah. Setelah kami memasuki ruangan, aku melihat sebuah bayangan berkelebat menembus tembok,

Perjalanan kami lanjutkan ke ruang bawah tanah atau 'bungker', namun menurutku ruangan ini sebenarnya ini bukanlah bungker tetapi melainkan tempat penyimpanan atau persediaan air bersih pada jaman Belanda. Maka tak heran jika sampai saat ini bangunan Lawang Sewu tersebut terus tergenang air dan harus di pompa keluar agar air tidak membanjiri objek wisata utama di Lawang Sewu tersebut.

Saat pertama turun ke ruang bawah tanah tersebut, nuansa mistik sudah sangat terasa. Ruang tersebut pengap dan terdapat beberapa lampu temaram yg masih terlihat baru.  Konon, lampu-lampu temaram ini dipasang karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat ini.
Saat memasuki ruangan ini, aku mendengar seperti ada suara banyak orang, tetapi tidak jelas orang banyak itu bicara apa. Pada saat kejadian ini, hanya aku yang mendengar, dua kawanku tak mendengar. Lalu kita semua bersama pemandunya segera naik ke atas dan meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.

Lawang Sewu merupakan salah satu gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah yang Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak meskipun pada kenyataannya jumlah pintunya tidak meencapai seribu. Bangunan kuno yang terletak di Semarang Jawa Tengah ini, ternyata memiliki cerita misteri yang sangat menyeramkan. Pasalnya, banyak masyarakat yang melihat penampakan-penampakan di lawang sewu semarang seperti hantu pocong, kuntilanak serta berbagai hantu lainnya. Lawang Sewu terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yaitu pusat perusahaan kereta api (trem). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.

Mendapat Uang 500 Juta Rupiah dari Makhluk Gaib

Ilustrasi Makhluk Gaib

Waktu itu, sekitar empat tahun yang lalu, aku diajak kawanku yang bernama Wahyu untuk menemui makhluk gaib di daerah Garut yang katanya mau memberi uang 500 juta rupiah kepadanya. Meskipun aku sendiri tidak percaya, tapi aku setuju saja karena akan ada imbalan uang  kalau acara itu berhasil.  Setelah aku setuju, akhirnya hari dan jam keberangkatan ditentukan.  Menurut ceritanya, ia akan meminta uang kepada Makhluk Gaib itu sebesar 5 milyar rupiah.  Berkut ini adalah Cerita MendapatUang 500 juta rupiah dari Makhluk GaibSaat hari dan waktu keberangkatan yang telah ditentukan tiba, aku berangkat menuju ke rumah Wahyu, lalu tepat pukul 14.00, Kami berangkat berdua dengan mengendarai mobil.  Tepat jam 20.00 sampailah kami di kota Garut.  Karena sudah saatnya makan malam, mampir di sebuah warung. Usai makan malam, kami melanjutkan perjalanan.  Sekitar 1 jam perjalanan, tepat jam 22.00 tibalah kami di suatu perkampungan. Mobil yang dikemudikan Wahyu melaju perlahahan memasuki gang-gang yang ada di perkampungan itu.  Akhirnya mobil berhenti di halaman sebuah rumah sederhana, tapi halamannya cukup luas. Kami turun dari kendaraan lalu Wahyu mengetuk pintu rumah itu sambil memberi salam kepada penghuni rumah.
Terdengar jawaban salam dari dalam rumah, lalu seorang laki-laki muda membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tak seberapa lama, tiga cangkir kopi panas terhidang di hadapan kami. Lalu seorang lelaki paruh baya menemui kami.  Namanya pak Anwar. Setelah mereka berbincang-bincang, aku tahu bahwa pak Anwar adalah semacam juru kunci yang akan mempertemukan Wahyu dengan makhluk gaib tersebut.
Tepat jam 23.00, pak Anwar bertanya kepada Wahtyu “bagaimana pak, sudah siap?”. “Siap pak”, jawab Wahyu.  Lalu pak Anwar mengajak kami masuk ke ruang tengah, kami semua duduk di lantai beralaskan karpet.  Di ruang tengah tersebut pak Anwar berkata kepada Wahyu. “begini pak, saya di sini hanya mempertemukan bapak dengan makhluk gaib itu, saya akan undang dia.  Masalah keberhasilan bukan di tangan saya ya”. “ya pak”, jawab Wahyu.
Lalu pak Anwar berkata lagi kepada Wahyu “nanti, saya akan masuk kamar dulu untuk mengundang makhluk gaib itu, dan kalau makhluk gaib itu datang, nanti bapak saya panggil untuk masuk dan bicara sendiri ya”. “baik pak”, jawab Wahyu.
“nanti ada lima pertanyaan yang akan diajukan kepada bapak oleh Makhluk gaib itu.  Pertanyaannya adalah siapa nama bapak, lalu  bapak lahir hari apa, siapa nama ibu kandung bapak,  bapak ada perlu apa dan untuk apa. Bapak harus bisa menjawab dengan benar semua pertanyaan itu”. Kata pak Anwar menjelaskan. “siap pak” jawab Wahyu. Aku hanya mendengarkan saja.
Kemudian pak Anwar memasuki kamar yang ada di sebelah ruang tengah itu, lalu pintu kamar ditutup, yang terdengar hanyalah suara pak Anwar yang sedang membaca do’a-do’a memanggil makhluk gaib.  Beberapa saat kemudian terdengar suara keras di atap rumah “dhug dhug dhug”, lalu terdengar suara pak Anwar sedang berdialog dengan seseorang yang bersuara agak bindheng. Setelah itu ada lagi suara dhug dhug di atap rumah, kemudian ada suara seperti mesin hitung uang yang pernah aku dengar di bank.
Kemudian pak Anwar keluar memanggil Wahyu, “mari pak, silakan masuk”.  “Saya takut pak”, kata Wahyu. “bagaimana pak, ini makhluk gaibnya sudah datang, dan uang juga sudah disiapkan”, kata pak Anwar. Lalu Wahyu menunjukku “kalau kamu saja bagaimana?” kata Wahyu kepadaku. “kalau diijinkan ya gak apa-apa”, jawabku.  “ya sudah tidak apa-apa”, kata pak Anwar, lalu aku masuk kamar itu bersama pak Anwar.
Aku duduk di samping pak Anwar.  Aku perhatikan dengan seksama semu keadaan kamar yang gelap itu,  Ada sosok  hitam di depanku sambil mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku.  Semua pertanyaan aku jawab dengan benar, termasuk pertanyaan “kamu mau apa”, aku jawab “aku mau minta uang sebanyak 500 juta rupiah”.  “untuk apa?”, aku jawab “untuk bayar hutang, untuk modal usaha dan untuk bekal hidup serta ibadah”.
Lalu makhluk gaib itu berkata “sekarang saya mau menyerahkan uang itu kepadamu, berdirilah dan kita berjabat tangan untuk serah terima. Lalu aku berdiri dan karena gelap dan aku hanya menyodorkan tanganku saja tapi tanganku disambut dengan jabatan tangan besar berbulu. Lalu terdengar duara “aku serahkan uang 500 juta  kepadamu untuk dimanfaatkan”. “ya aku terima”, jawabku.  Lalu tangan yang menjabatku tiba-tiba hilang dan terdengan suara keras dhug dhug dhug.
“Alhamdulillah”, kata pak Anwar sambil menyalakan lampu. Lalu pak Anwar berkata “uang itu sebenarnya hak pak Seno karena yang akad adalah pak Seno, tapi terserah pak Seno” . “saya serahkan kepada pak Wahyu karena pak Wahyu yang berkepentingan”, jawabku sambil menyerahkan uang 500 juta kepada Wahyu. Wahyu sujud syukur lalu memelukku sambil terisak tak kuasa menahan tangis.   Ia sangat membutuhkan uang itu untuk melunasi hutang-hutangnya.
Setelah dikeluarkan zakat dan sedekahnya dan setelah dipotong keperluan membayar hutang, ada  sia uang 50 juta rupiah. Aku, pak Wahyu, pak Bambang dan pak Anwar masing-masing mendapat 10 juta rupaih, ada sisa uang 10 juta rupiah diserahkan kepada pak Anwar untuk biaya tasyakkuran. Alhamdulillah.

Berkenalan dengan Linda, Gadis Cantik Putri Raja Jin


Foto Ilustrasi Linda, Gadis Cantik Putri Raja Jin

 Cerita Berkenalan dengan Linda, Gadis Cantik Putri Raja Jin.  Cerita tentang jin dan alam gaib memang cukup menarik untuk disimak.  Masalah percaya atau tidak, itu lain soal. Kali ini Cerita Mistik akan menyajikan kiriman cerita dari pembaca setia infomistik.com di Kalimantan Selatan yang bernama Basori.  Ia menceritakan Kisah Dicintai Gadis Cantik Putri Raja Jin.  Cerita ini merupakan kisah nyata yang dialaminya dua puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya tahun 1985, saat ia baru berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku kelas III SMA.  Berikut ini adalah Cerita Berkenalan dengan Linda,Gadis Cantik Putri Raja Jin.
Waktu itu, tahun 1985 saat saya masih di kelas III SMA, menjelang EBTANAS (saat ini namanya Ujian Nasional atau UN).  Pada suatu malam, sekitar pukul 10 malam, saya sedang duduk sendiri di teras rumah sambil merenungkan masa depan, saya akan kuliah di mana selepas SMA. Saya bukanlah siswa yang pintar yang mudah memilih dan masuk jurusan apa saja di perguruan tinggi negeri mana saja.  Prestasi belajar saya biasa-biasa saja, cita-cita juga belum jelas mau jadi apa, yang jelas saya ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Di tengah lamunan itu, tiba-tiba mata saya tertuju pada sosok gadis cantik bergaun putih yang berdiri di bawah pohon yang ada di halaman rumah. Saya kaget, dari mana datangnya gadis itu malam-malam begini. Dalam kekagetan saya itu, gadis cantik itu mendekat dan tersenyum serta  menyapa saya sambil bertanya “kamu sedang apa?”. Saya masih terbengong dengan kekagetan dan kagum atas kecatikan gadis itu sehingga tidak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab pertanyaan itu.
Lalu gadis itu tersenyum lagi dan berkata “kamu kaget ya, namaku Linda, aku tinggal di sekitar sini.  Aku tahu namamu Basori”, katanya. Aku tambah kaget, dia tahu namaku, dia bilang tinggal di sekitar sini, padahal belum pernah aku melihat gadis secantik dia di sekitar kampungku ini.  Sama sekali aku tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.  Lalu dia berkata “ya sudah kalau tidak mau bicara, aku pulang dulu, sampai jumpa lagi”, katanya sambil pergi keluar melewati pintu halaman rumah saya yang tak berdaun pintu.
Sejak malam itu saya selalu terbayang kecantikannya, setiap saat.  Ada rasa ingin bertemu, ingin melihat kecantikannya lagi. Sore hari, sepulang sekolah, saya berjalan keliling kampung, mencari-cari di mana gadis cantik itu tinggal.  Barangkali ada penduduk baru di kampung saya ini, karena semua penduduk di kampung saya kenal, kecuali gadis cantik yang bernama Linda itu, belum pernah saya bertemu sebelumnya.  Kelimpungan saya dibuatnya.
Tepat 7 malam setelah pertemuan pertama, Linda datang lagi, saat saya sedang  duduk sendirian di teras. Seperti sebelumnya, dia datang tiba-tiba, saya tidak melihatnya masuk lewat pintu halaman, tiba-tiba ada di hadapan saya. Dia tersenyum saat aku melihatnya, dan dia berkata “sedang memikirkan apa, kelihatannya serius sekali”. Kali ini aku beranikan diri untuk bisa berbicara dengannya “ah enggak kok, hanya mikir masa depan”, jawab saya. “masa depan jangan dipikirkan, tapi dihadapi dan dijalani, kamu nikah dengan aku saja, nati masa depan kita hadapi dan kita jalani bersama-sama ya”,  kata Linda.
Saya terbengong dengan perkataannya, dia mengajak menikah. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara ayah saya, “sudah malam, ada apa di luar sendirian, ayo masuk”. Saya menoleh ke arah ayah saya, lalu kembali menoleh ke arah Linda, dan ternyata Linda sudah tidak ada, tak tahu kemana.  Saya langsung masuk rumah dan ayah mengunci pintu.
Semalaman saya tidak bisa memejamkan mata, memikirkan gadis yang bernama Linda itu.  Akibat tidak tidur semalaman, pagi hari aku sangat mengantuk, saya tidak bisa berangkat sekolah.
Ayah saya melihat keanehan pada diri saya, ayah menanyakan kepada saya ada apa, saya hanya menjawab tidak ada apa-apa. Tapi ayah tetap merasa ada sesuatu.  Ayah memanggil kakaknya, yaitu pakde saya yang bernama  Burhan, ayah meminta pakde Burhan melihat saya.  Pakde Burhan adalah orang pintar di kampung saya.
Pakde Burhan mengatakan bahwa saya sedang dicintai gadis catik putri raja jin.  Lalu pakde Burhan mengambil segelas air minum dan satu ember  air dari sumur.  Kemudian, setelah air minum di gelas dan air yang ada di ember dibacakan do’a-do’a, saya disuruh meminum air minum yang ada di gelas dan air yang di ember buat saya mandi.
Setelah saya minum dan mandi dengan air tersebut, Linda tidak pernah muncul lagi hingga kini, namun kecantikan wajahnya masih tersisa dalam ingatan saya.

Cerita Hantu Wanita Memesan Bakso




Hantu Wanita Bergaun Putih
Cerita Hantu Wanita Memesan Bakso ini diangkat dari kisah nyata kejadian yang dialami Supeno, salah seorang pedagang bakso keliling di Jakarta Timur.  Cerita Hantu memang cukup mengasyikkan, terlepas dari percaya atau tidak, cerita hantu memang ada di masyarakat. Peristiwa ini terjadi lima tahun yang lalu, pas Malam Jum’at Kliwon saat Supeno sedang berkeliling di sebuah perkampungan menjajakan bakso.  Berikut ini adalah Cerita Hantu Wanita MemesanBakso.

Malam itu, lima tahun yang lalu, tidak seperti biasanya jalanan di perkampungan tempat saya biasa menjajakan bakso terasa sepi. Sampai jam 9 malam baru 10 mangkok bakso yang saya jual.  “sepi banget ya malam ini”, kata saya dalam hati sambil berjalan mendorong gerobak bakso dan memukul-mukul kentongan untuk memberi tanda bahwa tukang bakso sedang jualan bakso.

Tepat di sebuah pertigaan jalan saya sempat bimbang, mau belok ke kiri apa ke kanan. Dua-duanya terlihat sepi.  Akhirnya saya putuskan ambil jalan kanan. Baru melewati dua rumah, ada seorang wanita bergaun putih keluar dari pagar rumah memanggil saya “bang, baksonya satu ya”. “ya bu”, jawab saya dan saya lihat wanita itu kembali masuk pagar. Sayapun langsung menyiapkan satu porsi bakso yang dipesan.
Setelah usai saya menyiapkan satu mangkok bakso pesanan wanita itu, sayapun mengantarnya ke rumah tempat wanita itu. Sampai di depan pagar saya sempat heran “kok pintu pagarnya ditutup ya, diselot lagi, padahal ibu tadi perasaan tidak membuka dan tidak menutup pagar”, kata saya dalam hati. Saya menepis keheranan saya itu, saya buka bagar. Walaupun diselot tapi tidak dikunci. Saya langung masuk menuju pintu.  Pintunya tertutup.

Sesampai di depan pintu, perlahan saya ketok “tok tok tok, permisi, ini baksonya bu”, kata saya kepada wanita tadi yang saya yakini adalah penghuni rumah ini. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, saya ketok lagi “tok tok tok, permisi, ini baksonya bu”, kata saya lagi agak keras.  Akhirnya terdengar langkah kaki dari dalam rumah dan pintupun dibuka. Yang membuka adalah seorang wanita muda dan bertanya “ada apa mas?”. “ini mbak, tadi ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso sama saya” jawab saya kepada wanita muda itu. “Ibu-ibu?, di rumah ini tidak ada ibu-ibu mas, saya di sini cuma tinggal bertiga dengan  suami dan anak saya mas”, kata wanita muda itu. “ya tadi sih masuk ke sini mbak”, kata saya.

Tiba-tiba seorang lelaki muda yang tentunya suami wanita muda ini keluar dari dalam rumah dan bertanya “ada apa sih malam-malam kok ribut”. “ini abang tukang bakso ini mengantarkan bakso, katanya ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso.  Padahal kan di rumah ini cuma kita bertiga”, jawab wanita muda itu. “gitu aja kok ribut, ya sudah, sini baksonya, biar saya yang makan, tapi bikinkan satu lagi ya buat istri saya”, kata lelaki muda itu.  Sayapun bergegas menyerahkan semangkok bakso kepadanya dan bergegas menyiapkan semangkok bakso lagi.

Setelah selesai menyiapkan, saya antar bakso ke rumah tersebut. “ini mbak baksonya”, kata saya sambil menyerahkan semangkok bakso kepada wanita itu. “duduk sini dulu mas”, kata lelaki muda itu sambil mempersilakan saya duduk di kursi yang ada di teras rumah itu. “ya mas, makasih”, kata saya. Dia makan di teras, sementara istrinya masuk membawa bakso, tak lama kemudian istrinya menyerahkan mangkok yang sudah kosong kepada saya, mungkin langsung dipindah ke mangkoknya sendiri.

“emang bener tadi ada ibu-ibu pesan bakso, jangan-jangan kamu cuma ngarang aja biar baksomu laku”, kata lelaki itu berkelekar sambil tersenyum kepada saya. “untuk apa saya bohong mas, saya kan tiap hari jualan di sini, memang benar kok tadi ada ibu-ibu yang pesan”, jawab saya.
“ciri-cirinya bagaimana?” tanya lelaki muda itu. “ya ibu-ibu tidak terlalu tua sih, pakai baju panjang warna putih, rambutnya agak panjang”, jawab saya.

“lalu dari mana asalnya dan kemana?”, tanya lelaki muda itu lagi. “tadi keluar dari rumah ini dan masuk lagi ke rumah ini mas, tapi yang saya heran, saya tidak mendengar dia membuka pintu pagar dan menutup pintu pagar, padahal waktu saya masuk, pagarnya ditutup dan diselot, waktu saya buka selotnya, bunyinya cukup keras mas”, jawab saya.
“ya, tidak salah, kata orang-orang di sekitar sini, memang dia kadang-kadang muncul, tapi saya sampai hari ini belum pernah bertemu sama dia”, kata lelaki muda itu.
“maksudnya mas?”, tanya saya lagi. Lelaki muda itu menjawab “kata orang-orang di sekitar sini, dia itu makhluk halus yang tinggal di rumah ini, itu sih kata orang, kami sendiri  yang tinggal di sini belum pernah bertemu”.  Langsung merinding bulukuduk saya mendengar penjelasan lelaki muda itu, ada rasa takut menjalar di tubuh saya. Dan rupanya ketakutan saya terlihat oleh lelaki muda itu. “ya gak usah takut mas, biasa saja. Ini uangnya”, kata lelaki itu sambil menyodorkan uang sepuluhribu rupiah kepada saya. “baik mas, makasih ya mas”, kata saya sambil bergegas meninggalkan rumah itu.

Amung

Label