Pages

Showing posts with label Party sex. Show all posts
Showing posts with label Party sex. Show all posts

Friday, November 8, 2013

NGentot di sekolahan



Kenalin, namaku Ramon, gue masih pelajar SMA. Hari itu sangat mendung, aku mulai memasuki gerbang sekolah, untuk belajar dengan baik seperti yang diharapkan orang tua saya saat berpamitan. Di gerbang saya bertemu dengan Vani, teman sekelasku, akupun berjalan bersama Vani menuju kelas. Kumulai sedikit basa-basi kepadanya.

“Cantik banget sih, Vani…” “Eh, aku belum mandi aja dibilang cantik, gimana kalo aku udah make over ya??” “Belum mandi??? Jorok banget sih…” Ejekku “Kayak kamu bersih banget, biasanya kamu kan bau, apalagi kalo abis pelajaran olahraga, mana sering deket-deket ce lagi pas abis olahraga” Balasnya “Sialan nih…” Pikirku, “Ya iyalah… Namanya juga co, pasti bau dong abis olahraga…” “Ah… Si Ucup aja ga bau kalo abis olahraga…” “Enak aja, mau kamu sama dia? Cakepan juga aku” “Iya juga ya… Cakepan kamu, hehehe” “Iyalah… Ramon kok, mana ada tandingannya… Hehehe…” “Haha… Kamu narsis banget sih jadi co…” Katanya sambil mencubit “Ih… Geli deh… Kamu juga lucu deh…”

Akhirnya kami berdua tiba di kelas, kamipun belajar di kelas sampai pulang, saat jam belajar, entah kenapa Vani minta untuk duduk sebangku denganku, tentu saja aku tidak menolaknya, maklum, Vani itu salah satu ce paling cantik di sekolahku, saat aku duduk sebangku dengan Vani, banyak teman-teman yang membicarakan kami berdua, maklum, di sekolah aku termasuk co yang biasa-biasa aja. Kalo deket sama Vani bisa jadi gosip baru nih. Bel tanda pelajaran berakhir pun berbunyi. Aku lalu berjalan keluar bersama Vani.

“Van, kamu pulang sama siapa?” tanyaku “Gak tau, biasanya sih aku naik angkot, kamu mau anterin aku?” “Boleh, rumah kamu kan gak terlalu jauh, asalkan…” “Asalkan apa? Masa nganterin gitu aja pake syarat sih?” Protes Vani “…asalkan kamu mau cium aku…” Aku mulai nekat, karena memang di sekolah aku terkenal nekat. “Ih… Ada-ada aja, masa pake cium-cium segala sih??” “Ya udah, berhubung kamu cakep, aku mau cium kamu, tapi cari tempat yang sepi dong…” “Oke… Kita ke toilet belakang sekolah” “Tapi jangan apa-apain aku lagi yah…” “Iya deh… Jangan takut kalo sama aku…”

Tibalah kami ke toilet belakang sekolah, di situ Vani seperti merasa ketakutan, mungkin karena takut diapa-apain, tapi aku ga peduli. “Nah… Sekarang merem dong, biar aku cium…” Katanya “Iya… Iya… Tapi kamu merem juga dong…” Suruhku “Ya udah…”
Vani memejamkan matanya, bibir kami makin berdekatan, setelah cukup dekat, aku membuka mataku dan mulai mencium Vani dengan sangat bernafsu, sambil memeluk tubuhnya aku mencumbui Vani dengan sangat bernafsu. “Mmmmmmmhhhhhhh……..” erang Vani, tetapi aku tidak perduli, aku masih saja mencumbuinya. Tetapi Vani masih bisa lepas dari dekapanku. “Katanya cuma cium, masa kayak gitu??” Katanya sambil sedikit tertawa “Tapi suka kan?” Bilang aja… Ya kan? Ya kan? Hehe…” Kataku sambil tertawa dan meledek Vani “Iya sih…”

Aku mulai mencumbuinya lagi, kali ini aku lebih berani, tanganku mulai meraba pantatnya, meremasnya dengan keras. Vani sepertinya mulai meresponnya. Vani melepas lagi cumbuanku. “Pelan dikit say… Jangan buru-buru gitu, sekarang diem aja ya, duduk aja di kloset tuh…” Suruhnya, dari sini aku mulai ngerti kalau Vani itu seorang “PROFESIONAL”, hehehe… “Iya say, cepetan dong say, bukain, kasih servis sekalian” Suruhku padanya, berhubung udah nafsuan banget nih…
Vani mulai membukakan celanaku, aku juga membuka baju seragamku sendiri, hingga aku telanjang bulat sementara Vani masih berpakaian lengkap, Vani mulai mengocok penisku, setelah itu Vani mulai menjilat-jilat penisku, dan menghisap-hisap penisku, mendapat perlakuan seperti itu aku sangat menikmatinya, udah gak lama dapet kayak gini, dahsyat bro!!! Tiba-tiba ada yang masuk ke dalam toilet tempat kami beraksi.

“Waaaahhhhh…. Ada yang mantap nih…” Kata orang yang masuk itu “Iya tuh, bagus juga…. Gede loh” Kata orang kedua yang masuk. Orang pertama adalah Chintya, teman sekelasku juga dan yang kedua Icha, kakak kelasku yang merupakan sepupu Chintya. Mereka berdua terkenal sebagai ce yang hot di sekolah. “Boleh ikut ga nih? Tanya Icha pada Vani “Boleh aja kok…” jawab Vani. Aku merasa sangat terkejut dengan mereka, mereka masuk tiba-tiba dan seperti mau ikut dengan aksi kami. Kalo mereka mau ikut, Rejeki jangan ditolak ah…

“Tapi jangan di sini dong tempatnya, masa sempit gini sih?” kata Chintya “Mending kita ke rumahku aja, kebetulan lagi kosong tuh” tambah Icha “Ya udah, tapi cepetan dong, nanggung nih… Belum dikeluarin…” “udah santai aja, nanti kita keluarin bertiga, santai aja” jawab Icha Akupun langsung mengenakan seragamku kembali, lalu kami berjalan menuju parkiran, aku naik sepeda motor bersama Vani, Icha dan Chintya naik mobil mereka, di perjalanan, Vani menggesek-gesekkan dadanya di punggungku, kayaknya ga sabar juga nih si Vani.

Akhirnya tiba jugalah kami di rumah Icha, Icha dan Chintya sudah sampai duluan di sana, mereka menunggu kami, akhirnya kami masuk ke dalam rumah, Icha mengunci pintu rumahnya. Aku duduk di sofa, dan mereka mulai mengelilingi oleh mereka bertiga, Icha mulai melingkarkan tangannya di leherku sambil berdiri, dan langsung menciumiku, sementara Chintya dan Vani duduk di sebelah kiri dan kananku. Mereka mulai mengelus-elus dada dan selangkanganku, sesuatu mulai mengeras di selangkanganku. Lalu aku memeluk Icha, mendekapnya dengan sangat keras, saat itu aku tidak tahu siapa memegang bagian tubuhku yang mana, saat itu aku merasakan ada yang membukakan celanaku, lalu menariknya dengan sedikit kesulitan untuk membukanya, tinggallah baju seragamku dengan celana pendek ketatku, tanpa ada apa-apa lagi di dalamnya, aku melepaskan ciumanku dengan Icha, lalu kulepas baju seragamku, kini aku telanjang tanpa menggunakan pakaian apapun, lalu aku mencium Vani, sambil Vani mengocok-ngocok penisku, Chintya mulai menjilati dadaku, menghisap putingku, terasa sangat geli.

Icha membuka bajunya, lalu melemparkannya kepada aku dan Vani yang sedang bercumbu. Kulemparkan kembali kepadanya. Terlihat kulit pada dada Icha yang sangat putih mulus, seperti punya mantanku dulu, Sarah. Aku mulai meraba-raba dada Icha, menyelusup dari luar BHnya, lalu Icha membukakan BHnya, semakin terlihat jelas kalau Icha luar biasa cantiknya, lalu Icha membuka roknya ke bawah, juga CDnya, aku sangat suka melihatnya, lalu aku lepaskan cumbuanku pada Vani, aku berdiri dan langsung mencumbu Icha lagi, tanganku meremas-remas memeknya, lalu aku mendorongnya ke sofa, Icha malah berdiri, menarik tanganku, mengajak aku menuju kamarnya, ada sebuah ranjang yang besar, aku langsung ditolaknya hingga berbaring di ranjang, kulihat Vani dan Chintya menyusul kami ke sini. Icha mulai mengocok-ngocok kontolku, tak lama ia mengocok, lalu Icha menghisapnya dengan penuh semangat, aku sampai melayang dibuatnya. Lalu kulihat Chintya dan Vani mulai membuka seluruh pakaian mereka, hingga telanjang bulat, body mereka bagus semua, aku ga bosan-bosan ngeliatin mereka, Chintya lalu memasang posisi meletakkan memeknya ke wajahku.

aku langsung menjilatinya. Vani juga mengocok memeknya sendiri, aku sangat suka melihat pemandangan seperti ini. Mereka semua meraung-raung, mendesah, dan berteriak kenikmatan. Icha yang sepertinya sudah mulai bosan menghisapi kontolku mulai bangkit dan berusaha menduduki kontolku dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah terangsang. Kontolku merasakan betapa nikmatnya memek Icha, aku menggoyangkan pinggulku dengan cepat, Icha pun meresponnya dengan baik, Icha juga membalas gerakan pinggulku dengan sangat liar, melihat itu, Vani menghampiri Icha dan langsung mencium Icha dengan sangat liar, wow! Ini semua sangat hebat, sangat luar biasa rasanya 3 anak SMA kontol dengan liar begini! “kontol, enak banget nih… Akkkhhhhh……..” Desah Icha yang bergoyang liar di atas tubuhku, tak lama kemudian, Icha ambruk ke tubuhku, Icha mengalami orgasme. Icha lalu bangkit dan pindah ke samping kami bertiga, Icha terlihat lemas dan ia tertidur. Vani meraih kontolku dan menghisapnya, sementara Chintya masih bertahan dengan hisapanku di memeknya, aku masih dalam posisi berbaring di ranjang.

“Vaniii… Aku mau ngerasain kontol si Ramon… Pengen banget nih… Akkkkhhhh….” “Ya udah, sini dong” “Entar, kamu nungging aja, Chin, biar doggie” suruhku Chintya lalu menungging, aku sempat meremas-remas pantat dan memeknya, lalu aku mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya. “Aaakkkkhhh…. Aaaahhhh….” Itulah yang keluar dari mulutnya saat kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Chintya “Aaahhh… Enak banget memek kamu, Chin, aku suka banget… Oooohhh….” “Kencengin, Mon, Kerasin… Kontolmu enak banget, kenceng beibh…. Ooooooooohhhhhhh……….” Setelah 7 menit bertahan dalam posisi ini, kurasakan seperti ada yang mau keluar dari dalam penisku, akhirnya aku ngecrot di dalam memeknya sambil mengangkat tubuh Chintya dan mencium bibirnya dari samping. “Oooohhh…. Enak banget beibh… Aku keluar juga nih… Oooohhh…. Aaaahhhh….” Tubuh kami berdua pun ambruk, dan kontolku masih berada di dalam memeknya, kami tergeletak dalam posisi menyamping. Aku mulai bangkit, kulihat banyak sekali spermaku di memek Chintya yang meluber keluar memeknya.

“Enak banget beibh… kontol kamu keras banget… Aku suka banget…” katanya, ia pun terbaring lemas, menaruh kepalanya di atas tubuh Icha Kulihat Vani mengangkangkan pahanya, dan memasukkan 2 jarinya ke dalam memeknya. Aku beristirahat sejenak, kontolku masih lemas dari orgasme tadi. 10 menit aku beristirahat sambil kupejamkan mataku. Kulihat Vani sedang mengocok-ngocok memeknya dengan jarinya, aku langsung menghampirinya, dan mencumbuinya, aku mulai dari bibir, leher, lalu aku menyusu di dadanya, dadanya sangat besar, berukuran sekitar 36B, karena tubuhnya termasuk besar. Lalu aku menjilati memeknya, dan mengocok-ngocok memeknya dengan jariku, Vani mengalami orgasmenya. “Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhh……………. Ennnnaaakkkkkk…….” Kudiamkan jariku di dalam memeknya sesaat, lalu kukeluarkan. “Kamu mau kontol, sayang?” tanyaku Mau banget, sayang, ayo dong, cepetan…! Masukin…!” Kini aku berada di antara kedua pahanya, mengangkat kedua kakinya ke atas bahuku, lalu mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah dan merekah merah.

Masuklah kontolku ke dalam memeknya. “Oooohhh… Aaaahhhh… Eeennnaaakkkk…” Erangnya saat aku menggoyang kontolku Semakin cepat aku menggoyang kontolku. Kali ini rasanya kontolku lebih tahan dari pada tadi, mungkin karena sudah dikeluarin sekali pikirku, lama dalam posisi seperti ini, aku meminta Vani untuk tidur menyamping, tanpa mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya, aku memutar posisinya miring ke kiri, dengan posisi ini aku masih menggoyang pinggulku dengan kencang. Tanganku dalam posisi meremas-remas pantat dan dadanya yang merah bekas cupang, pantatnya merah karena kutampar-tampar. Kulihat Icha dan Chintya mulai bangun, mereka tiduran sambil menonton permainan aku dan Vani. Sambil aku kontol dengan Vani, Icha menghampiriku dan menciumiku, sepertinya dia mau lagi, semakin kencang aku menggoyangkan pinggulku, lalu kuberhenti sebentar, aku memutar tubuh Vani ke posisi doggie, karena aku suka sekali posisi ini, dalam posisi ini aku meremas-remas dada Vani, semakin Vani mendesah dan berteriak, sementara sambil menggoyang aku berciuman dengan Icha, semakin kukencangkan goyanganku dan akhirnya Vani mengalami orgasmenya.

Langsung kulepas kontolku dari memek Vani, aku langsung bergerak menuju Icha yang sudah telentang membuka pahanya, aku memasukkan kontolku ke dalam vaginanya. Aku menggoyang tubuh Icha sambil menindihnya, kami berciuman, kami berdua bertahan lama dalam posisi ini. “Mon… Mau keluar nih aku… Aaaahhh…. Enak banget…” “Aku juga kak…” Wajah Chintya dan Vani berada di atas perut dan dada Icha, seperti menungguku untuk orgasme. Akhirnya aku cabut kontolku keluar memeknya, dan keluarlah cipratan orgasme Icha, sangat deras. Lalu aku menembakkan spermaku ke wajah Chintya dan Vani, Chintya langsung menghisap kontolku sampai lemas. Akhirnya kami bertiga tergeletak lemas di atas ranjang, di depanku ada Icha, di kiriku ada Chintya, dan di dadaku terbaring tubuh Vani. “Thanx banget, Mon. Aku suka banget kontol kamu, lain kali kita bisa main lagi kan?” kata Icha “Iya, Mon. Kita suka banget kontol kamu, walaupun ga terlalu gede, tapi kamu bisa main lama” puji Vani “Kapan bisa main lagi, Mon?” tanya Chintya “Kapan aja aku bisa kok main sama kalian, kalo mau juga di mana aja aku lakuin, di sekolahan juga jadi!”

“Bener nih? Gimana kalo besok kita main lagi di sekolahan?” kata Icha “Ah gila ah… Aku ga mau” tolak Chintya “Boleh… Asalkan pas udah sepi…” “Ga enak dong kalo sepi, ga seru…” Kata Icha lagi “Ah, aku tetep ga mau…” Kata Chintya, Chintya mulai memejamkan matanya dan sepertinya dia kelelahan dan tidur. “Terserah kalian semualah… Yang penting kalo lagi pengen, hubungi aja aku… Hahaha…” Itulah kisahku bersama 3 gadis hot sekolahku, lain kali akan kuceritakan pengalamanku bersama mereka lagi saat ada pertandingan futsal di sekolah…

Tuesday, November 5, 2013

Sex bersama ( pesta sex ) untuk sensasi.

Sejak sore tadi hujan menggericik tak deras. Luisa berbaring di ranjangnya berselimut tebal. Pintu kamarnya terkunci rapat. Luisa mendehem-dehem nikmat, matanya sayu tapi nafasnya memburu. Sesekali kain selimut tersingkap sehingga beberapa bagian tubuhnya yang tak berbusana nampak dari luar.

“Ahh… ehg… emhh..”
Gadis itu terduduk dan menyingkap selimut tebalnya. Keringat dingin

membasahi tubuhnya yang memang bugil sama sekali. Kepalanya mendongak-dongak menahan ilusinya ketika sebatang dildo bergoyang-goyang di liang vaginanya. Buah dadanya yang berukuran 36 lengkap dengan putingnya yang kenyal membengkak menggairahkan. Lendir kawinnya sudah menggenang di sprei kasur. Tepat diatas lendir itu pussy Luisa yang besar berbulu tipis merekah disodok batang dildo ukuran L.
“Uahh…”
Orgasme telah diraihnya. Luisa terlentang lemas. Batang dildo itu masih menancap di pussy-nya. Enggan rupanya Luisa mencabutnya. Matanya terpejam, nafasnya masih terengah-engah. Tiba-tiba dering telpon mengganggunya.
“Kring… kring…”
“Hallo…” Luisa menerima telpon sambil menjilati ujung dildo yang barusan bersarang di pussy nya.
“Luisa, hujan-hujan gini enaknya ngapain?” tanya suara di seberang.
“Enaknya dikelonin kamu,” jawab Luisa sekenanya.
“Hi… hi… kalau gitu, kamu saya undang deh. Sekarang ke Star Pub deh, kita tunggu. Jangan lupa be a sexy girl, okey?”
“Klik..”
Luisa segera meletakkan gagang telepon di induknya.
*****
Luisa masuk ke dalam café kecil itu. Pintu masuk café nampak tertulis “CLOSE”, tapi tidak bagi anggota pub. Suasana di café sepi, tapi sayup-sayup Luisa mendengar gemuruh tawa di lantai atas. Luisa segera menuju ruang atas. Begitu Luisa masuk beberapa anggota lain segera menyambutnya.
“Hai Luisa,” sapa Sidney yang hanya memakai CD transparan sedangkan susunya yang sekal bergelantungan dengan bebas.
“Hai, makin motok saja susumu,” balas Luisa sambil meremas susu kiri Sidney.
“Saya baru main sama Leo,” ujar Sidney menunjuk pria tegap telanjang yang duduk jongkok di sudut ruangan. Pistolnya mengayun-ayun tegang sejak tadi.
“Hai Luisa, kita sudah nunggu kamu dari tadi loh,” sapa Sari yang memakai CD merah dan BH hitam, kontras banget tapi seksi banget. Kemudian mereka saling berciuman beberapa menit. Sembari berciuman, tangan Luisa sudah nakal menyusup ke CD Sari.
“Kamu baru aja cukur ya ?” tanya Luisa ketika jemarinya merasakan bulu-bulu pussy Sari.
Sari tersenyum malu.
“Nggak pa-pa lagi, rasanya malah geli-geli nikmat. Hi.. hi..,” Sari tertawa cekikikan lalu berlalu.
Mata Luisa memedar berbinar-binar ke seluruh ruangan. Ada dua belas orang di ruangan itu. Kesemuanya saling bersaing memperlihatkan keseksian tubuhnya. Wita memakai bikini putih tipis sehingga puting susunya nampak menyembul menggoda. Lia cantik banget malam itu, rambut panjangnya meriap-riap seksi. Apalagi Lia memakai CD putih berenda dan BH putih yang kelihatan puting susunya karena dilubangi pada bagian putingnya, Luisa bener-bener pingin melumat susunya. Maka Luisapun segera mendekati Lia
“Li, kamu cantik sekali malam ini.” Sapa Luisa sambil mempermainkan puting susu Lia yang sengaja disembulkan itu.
“Inikan maksud kamu? Kalau kamu mau, isep aja.” Bagai gayung tersambut.
“Ntar kamu main sama aku yah?”
Lia mengangguk lalu pergi menghampiri Si ganteng Ricko yang pakai CD pink, sejak tadi pistolnya tegang terus melihat pemandangan yang merangsang itu.
Jude (tokoh: Jude, Guru Privatku) memakai BH yang ketat banget hingga susu “Pamela Anderson” nya bagai berebut ingin keluar kain tipis itu, sedang pussynya dibiarkan saja dipelototin sama Tino yang sejak tadi penny nya pingin menerobos jaring tipisnya. Ayu yang pakai daster pendek transparan tanpa CD dan BH memamerkan pahanya di atas meja. Hanya orang nggak waras saja yang nggak berminat sama paha mulusnya. Cindylah yang paling sexy, doski hanya mengenakan stocking hitam sebatas paha dan duduk dengan santainya sambil memamerkan pussynya yang berambut tipis. Pengen banget Luisa melumat klitoris mungil Cindy.
Luisa sendiri memakai CD tipis bertali dan BH bertali yang hanya menutup nipplesnya saja. Sedang Mbak Sarah sang ketua party yang polos los sedang sibuk menjilati dildo barunya. Begitu melihat Luisa datang Mbak Sarah segera menepuk tangannya bertanda party akan segera dimulai. Semuanya segera berkumpul di tengah ruangan.
“Nah, gimana nih? Siapa yang pengin main duluan ?” ujar Mbak Sarah membuka acara.
“Saya!” Ayu menunjuk jari.
“Kebetulan Ayu, sudah lama kita nggak liat lagi tarian pecut asmaramu itu.” Sambut si Ricko.
“Okey, Cin, nyalakan tapenya!” kata Ayu.
Cindy segera menyalakan tape recorder kecil. Lalu terdengar suara music yang memancarkan suasana erotic bagi siapa saja yang mendengarnya. Ayu segera berdiri di tengah lalu menari mengikuti suara tape recorder. Tarian gemulai itu semakin memancing hasrat, Ayu memang bekas penari latar yang piawai. Luisa yang sudah sejak tadi menahan birahinya tanpa sadar meremas-remas susunya sendiri. Apalagi kemudian Ayu meminta Ricko melucuti onderdil nya. Maka seperti diberi aba-aba yang lain segera melucuti pakaian milik pasangan yang dipilihnya.
Dengan segera Ricko mendorong Ayu untuk berbaring lalu Ricko segera melumat bibir kenyal Ayu penuh nafsu sedang tangannya meremas-remas penisnya sendiri. Jude yang sudah terbakar segera ikut melumat susu kiri Ayu disusul oleh Cindy yang kebagian susu kanannya.Luisa sendiri segera menyusup ke selakangan Ayu yang terbuka. Lalu dengan semangat Luisa mengerjain pussy Ayu. Dijilatinya pussy Ayu yang sudah penuh dengan lelehan lendir kawinnya. Lalu diobok-oboknya liang vagina Ayu dengan jarinya.
“Aaghhh..,” erang Ayu dan Luisa bersamaan karena saat itu Ricko sudah menyodokkan pistolnya ke pussy Luisa dari belakang. Posisi Luisa yang menungging membuat Ricko semakin mudah menancapkan senjata pamungkasnya. Sedang posisi Ricko sebelumnya sudah digantikan oleh Mbak Sarah yang menyekokkan nipplesnya ke mulut mungil Ayu.
Di sudut lain, Tino yang setengah menungging sedang mengerang-erang keenakan ketika diserbu dari dua arah. Sidney yang mengganyang pistolnya dari depan dan Leo yang menyodomi pantatnya. Sedangkan di sisi lain Lia, Wita dan Sari bergumul sendiri. Lia dan Wita saling memagut susu lawan mainnya sedang Sari menyerang pussy Lia yang posisinya terlentang. Beberapa kali dildo masuk keluar pussy Lia dengan mudah lalu bergoyang-goyang membuat Lia bergelinjangan keenakan. “Agh… enak… terus Sar..,” erang Lia.
Ricko masih memainkan pistolnya di pussy Luisa. Pantat Luisa bergoyang-goyang naik turun mengikuti gerakan penis Ricko. Berulang kali Luisa mencapai puncak asmaranya, berulang kali pula mani Ricko muncrat ke liang vaginanya. Tapi mereka masih ingin mengulangi dan mengulanginya lagi.
“Rick, saya mau keluar lagi Rick… oh… enghh…,” rintih Luisa.
“Kita keluar sama-sama yah, yang..”
Kemudian Ricko semakin memperkuat tekanan batang penisnya keliang vagina Luisa, sehingga tidak lama setelah itu muncratlah air mani Ricko ke dalam vagina Luisa bersamaan dengan keluarnya cairan kawin Luisa.
“Enggg.. ah..,” jerit Ricko dan Luisa bebarengan.
Luisa tergeletak di atas karpet. Wajahnya sudah nampak kepayahan, tapi birahinya belum terpuaskan. Ricko sudah meninggalkannya untuk mencari petualangan lain. Mata Luisa memandang sayu kepada Lia yang berdiri di atasnya. Susu Lia yang sudah sangat bengkak membuat Luisa ingin sekali mengunyah nipplesnya yang tegang kecoklat-coklatan. Pussy Lia yang berbulu agak lebat nampak mengkilap basah oleh lendir kawinnya. Lia tahu betul kalau Luisa menginginkannya. Dia segera merunduk dan menyerahkan susunya untuk dilumat oleh Luisa. Luisa melumat susu dan bibir Lia secara bergantian. Tangannya pun agresif menyusuri lorong goa vagina Lia, memelintir klitoris Lia berkali-kali. Lalu masuk dalam dan semakin dalam membuat Lia makin terlena.
“Kamu… enak banget… egh..,” rintih Lia.
Luisa mendesis-desis, nafasnya menghembus di bukit montok Lia membuat Lia semakin terbakar. Tapi Luisa juga kembali terbakar ketika Sari datang dan menghisap puting susu Luisa. Lia juga berebut mencaplok susu kanan Luisa. Luisa merem melek manahan semua rasa syur yang tercipta. Semakin syur ketika Leo menjejalkan penisnya yang besar dan tegang banget ke mulutnya.
“Isep sayang… ayo…”
Luisa menghisap penis Tino. Menggigit-gigit nakal membuat Tino melenguh-lenguh keasyikan. Tino menekan pistolnya dan maninya muncrat ke dalam mulut Luisa. Luisa menelan lendir itu hingga tandas. Segala keindahan terasa ketika entah lidah siapa lagi yang menggerayangi pussy Luisa. Hingga ia merasa tubuhnya dijunjung ke atas dan..,
“Augh…”
Sebatang daging tegang kembali bersarang di pussy Luisa. Kembali dialaminya orgasme yang dialaminya bersamaan dengan si pemilik pistol.
“Ehg… kau hebat banget Luisa, hebat! Makasih ya…”
Itu suara Leo.
“Bajingan! Mau nyodok nggak bilang-bilang!” umpat Luisa dalam hati.
Lalu semua yang tadi ngerjain Luisa pergi ngerjain yang lain. Luisa tidak lagi memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Rasa capeknya telah membawanya terlelap. Dua jam pun berlalu, suasana hening. Party itu sudah selesai, pemain-pemainnya sudah terlelap tidur.
Luisa yang terbangun paling awal. Dipandangi sekelilingnya dengan senyum simpul. Semua dalam keadaan telanjang bulat, termasuk dirinya. Berbagai CD dan BH berserakan berserakan dimana-mana Pantat Sari merah bengkak begitu juga puting susu Ayu. Luisa tersenyum sendiri melihat ujung susu si bule Jude yang masih dikenyot Ricko. Pantat Sidney juga memerah, mungkin karena di kerjain sama temen-temen yang lain. Dalam party itu tidak hanya cowok saja yang disodomi, cewek juga bisa disodomi. Yang paling suka menyodomi cewek, ya.. si Tino itu. Luisa berpaling kepada Mbak Sarah. Wajah Mbak Sarah penuh dengan mani dan lendir vagina yang mulai mengering. Ruangan itu menebarkan aroma mani dan lendir vagina yang khas.
Mata Luisa tertuju pada Cindy. Gadis itu masih terlelap. Kadangkala mengigau sambil senyum-senyum sendiri. Wajah gadis itu cantik. Tubuhnya kecil tapi susunya montok bener. Vaginanya polos tanpa bulu, warnanya putih kemerahan seperti pipi gadis yang sedang malu. Klitorisnya mungil menyembul. Gairah Luisa kembali bangkit. Luisa berjongkok di depan Cindy kemudian memainkan jemarinya di atas vagina yang merekah itu. Dengan penuh nafsu segera dilumatnya klistoris yang sejak awal tadi membuatnya ngiler itu. Cindy menggeliat-geliat, tapi Luisa tak perduli. Bibir Luisa melumat gundukan vagina Cindy sedang kedua tangannya menggapai meremas-remas daging kenyal nan montok di dada Cindy. Antara sadar dan tidak Cindy menjamak-jaMbak rambut Luisa dan menjepit kepalanya dengan kedua pahanya.
“Ah.. uh.. ah.. uh..,” suara Cindy mendesis lirih.
Nafas keduanya kembali memburu. Luisa menumpahkan segala birahi yang tersisa di kepalanya. Seakan-akan Cindy itu hanya miliknya sendiri. Cindy dipaksa untuk bangun dari lelapnya. Matanya memicing merasakan surga yang kembali datang untuknya. Tapi Cindy sudah tak punya daya untuk membalas. Ia pasrah saja ketika Luisa menjejalkan sebatang dildo masuk ke dalam liang vaginanya.
“Sruup…”
Tanpa banyak perlawanan pistol mainan itupun amblas ke dalam liang kenikmatan Cindy. Cindi sempat terpekik beberapa kali, tapi lemah, rupanya dia sudah tak punya daya kecuali menikmati permainan Luisa. Luisa menarik si dildo maju mundur beberapa kali. Pantat Cindy bergoyang mengikuti iramanya. Makin lama dildo itu bergerak makin cepat.
“Sruup… sruup…”
Suaranya menyibak lendir-lendir kental yang keluar dari vagina Cindy. Mata Luisa berbinar memandangi vagina bermandikan lendir itu. Langsung ia merunduk dan
“Sruup…”
Dihisapnya si lendir dari pussy Cindy hingga tandas.
“Ah, puasnya..,” kata Luisa dalam hati. Dikecupnya kening Cindy yang tak sadarkan diri. Kemudian dia segera pergi dari tempat itu dengan senyum penuh kepuasan.
*****

Aku wanita yang bisa puas dengan 5 lelaki perkasa.


Gara-gara terjebak nafsu untuk berselingkuh, malah membuatku ketagihan. Dulu aku puas ngeseks hanya dengan satu pria. Sekarang, aku lebih puas dengan ngeseks ramai-ramai. Bukan lagi dengan satu pria tentunya, melainkan lima pria sekaligus, aku baru puas.
Aku seorang wanita berumur 30 tahun, ibu dari dua orang anak. Tentunya statusku nikah dengan seorang suami. Kami telah terikat perkimpoian selama tujuh tahun. Aku nikah setelah berhasil meraih gelar kesarjanaanku di kota Bandung.
Suamiku normal-normal saja, demikian juga dengan hubungan seksku. Aku melakukannya sekitar 2 atau 3 kali seminggu dengan suamiku. Namun semuanya berubah ketika aku mengalami suatu hal yang tidak kuduga sebelumnya pada tiga bulan yang lalu. Ternyata kemampuan seksku lebih dari yang kuduga sebelumnya.
Aku biasa dipanggil Ratih. Tinggi badanku sekitar 156 cm dengan berat 49 kg. Ukuran BH-ku 34C, pinggulku yang agak besar berukuran 100 cm semakin menonjol dengan pinggangku yang hanya 58 cm itu. Walaupun dari rahimku telah terlahir dua orang anakku, bodyku sih oke-oke saja. Hampir tidak ada perubahan yang mencolok.
Kembali pada kejadian yang gila. Mula-mula aku bertemu temanku, Merry saat aku sedang berbelanja di sebuah mall. Ia adalah sobatku sewaktu di SMA dulu. Saat itu ia bersama dua orang teman laki-lakinya, yang langsung dikenalkannya kepadaku. Mereka bernama Yanto dan Andi. Mereka ternyata adalah teman-teman yang enak diajak bicara. Akhirnya kami pun menjadi akrab. Siang itu kami melanjutkan obrolan sambil makan di sebuah restoran.
Setelah pertemuan itu, ternyata Yanto sering menelepon ke rumahku walaupun ia sudah tahu bahwa aku ini seorang istri dengan dua orang anak. Dalam pembicaraan telepon, ia memang sering mengeluarkan rayuan gombalnya kepadaku tapi tetap ia menjadi teman bicara yang enak.
Ia berusaha mengajakku makan siang dengan gigihnya. Hal itu yang membuatku menyerah juga. Akhirnya aku menyetujuinya juga. Syaratnya, makan siangnya harus ramai-ramai.
Aku, Merry, Yanto, dan Andi bertemu di tempat yang sudah kami sepakati bersama. Bersama kedua teman cowok kami, ikut serta pula tiga orang teman mereka yang lain: Eko, Benny, dan Adi. Mereka semua rata-rata berusia delapan tahun lebih tua daripada aku dan Merry.
Kami makan siang bersama di sebuah restoran yang ada fasilitas karaokenya. Kami makan dengan ramainya sambil berkaraoke. Memang aku pun senang berkaraoke.
“Ayo, Rat… nyanyi lagi…,” mereka menyemangatiku kala aku melantunkan lagu. Ternyata kelima cowok keren itu merupakan teman yang enak untuk gaul. Wawasan mereka luas dan menyenangkan. Akhirnya kami cepat menjadi akrab. Ternyata, baru kusadari nanti bahwa inilah kekeliruanku….
Seminggu kemudian aku diundang lagi, kali ini oleh Andi, untuk makan siang dan berkaraoke lagi. Tanpa pikir panjang dan tanya-tanya lagi, aku pun langsung menyetujuinya. Aku bolos masuk kantor setelah makan siang, lalu pergi ke tempat karaoke bersama mereka.
Nah, di saat itulah terjadi sesuatu yang tidak kuduga. Ternyata aku dibawa ke tempat karaoke yang khusus untuk berkaraoke saja. Bukannya sebuah restoran. Tempatnya berupa sebuah kamar tertutup dengan kursi panjang. Kali ini Merry pun tidak ikut. Jadi hanya aku dengan kelima cowok itu.
Karena sudah telanjur masuk ke sana, akhirnya kucoba menenangkan diri. Walaupun aku agak deg-degan juga pada awalnya. Kenyataannya, akhirnya suasana menjadi seru ketika secara bergantian kami berkaraoke.
Aku pun dipesankan minuman whisky-cola yang membuat badanku jadi hangat. Akhirnya mereka meminta berdansa denganku saat salah satu di antara mereka bernyanyi. Saat melantai itulah, lama-kelamaan mereka berani merapatkan dadanya ke tubuhku dan menekan serta menggesek-gesek payudaraku.
Anehnya, aku malah diam dan mencoba menikmati apa yang mereka perbuat kepadaku, yang lama-lama membuatku terbakar dan menikmati permainan ini. Mereka bergantian berdansa denganku.
“Ratih, badanmu hot sekali,” ujar Yanto berbisik di telingaku sambil bibirnya mencium belakang telingaku, membuatku merinding nikmat… Tangannya lalu tanpa malu-malu lagi meremas payudaraku. Aku pun terangsang hebat….
“Aahhh… jangaaannnn…,” kataku ketika Yanto dengan beraninya membuka kancing blusku dan menyusupkan tangannya ke dalamnya… Tangannya meremas dan memilin puting payudaraku dengan semakin hotnya… Aku sebenarnya masih menyimpan sedikit rasa malu karena semua aksi kami ditonton oleh yang lainnya dengan tatapan penuh nafsu….
Anehnya, seperti dibius, tubuhku tidak berontak. Tanganku sama sekali tidak berusaha melepaskan tangan Yanto yang terus menggerayangi payudaraku yang kini terbuka lebar…
“Mmmhhh…,” rintihku penuh kenikmatan. Hanya itu yang ternyata sanggup keluar dari bibirku…
Yanto akhirnya mengulum bibirku dan menindih rapat-rapat tubuhku di atas sofa.
Aku benar-benar lupa diri ketika jari-jemari Yanto bergerilya di dalam celana dalamku. Ia terus menggelitik bibir lubang vaginaku yang sudah basah dan rasanya menebal itu.
Spontan yang lainnya pun ikut-ikutan. Dengan cheat akhirnya kelima cowok itu mengerubuti tubuhku.
Akhirnya, tahu-tahu tubuhku sudah bugil tanpa sehelai benang pun dan digeluti bersama oleh mereka. Yantolah yang lebih dahulu menusukkan senjatanya ke dalam lubang kemaluanku. Lalu Adi memasukkan senjatanya ke dalam mulutku. Andi mengisap puting kiri payudaraku sambil membimbing tangan kiriku untuk mengelus-elus senjatanya. Sementara itu Eko mengisap puting yang sebelahnya sambil melakukan hal yang sama pula terhadap tangan kananku. Terakhir, Benny menggosok-gosokkan senjatanya ke wajahku.
“Aacchhh….,” aku mendapat orgasme pertama ketika Yanto sedang asyik-asyiknya menggenjot tubuhnya di atas tubuhku. Spontan, kedua tanganku meremas penis Andi dan Eko yang ada dalam genggamanku dengan keras…. Aku sendiri tak bisa mengeluarkan lenguhan kenikmatanku secara lepas karena penis Adi yang hangat itu dengan serunya terus bermain di mulutku.
Adi yang tahu aku baru saja orgasme hanya menyeringai kepadaku. Tampaknya ia pun semakin semangat memompa mulutku….
“Ratiih…,” desah Yanto menggeliat ketika memuntahkan maninya di dalam lubangku. Hangat dan terasa kental memenuhi lubang kemaluanku. Dipegangnya pantatku erat-erat supaya semua spermanya masuk ke dalam tubuhku…. Adi tambah semangat mengocok senjatanya di dalam mulutku.
Setelah Yanto selesai, posisinya langsung diganti Benny yang sejak tadi hanya mengosok-gosokkan senjatanya yang panjang dan besar di wajahku.
Langsung ditancapkannya ke dalam lubangku yang hangat, sudah penuh dan licin dengan cairan milik Yanto. Benny begitu semangatnya menyetubuhiku.
“Mmmmphh, aghhh….,” tubuhku bergetar menggeliat.
Bayangkan… payudaraku dihisap putingnya oleh Eko dan Andi seperti dua bayi besar. Sementara lubang kemaluanku mulai dihunjam oleh senjata Benny dengan ganasnya. Di mulutku, Adi akhirnya menyemprotkan cairannya dengan deras dan langsung kuhisap kuat-kuat.
“Aaaacchhh….,” air mani Adi yang terasa hangat asin seperti kuah ability masuk ke dalam tenggorokanku.
Bersamaan dengan itu, Benny juga menyemprotkan maninya di lubang vaginaku. Multiorgasme…. Aku sudah mendapakannya tiga atau empat kali dan masih ada Eko dan Andi yang belum kebagian menyemprotkan cairannya.
Tubuh Adi dan Benny berkelojotan dan akhirnya terhempas.
Andi menggantikan posisi Adi. Penisnya yang bengkok ke atas terasa penuh di mulutku.
Eko menepis Benny dari atas tubuhku. Untuk yang ketiga kalinya, lubang vaginaku dimasuki oleh orang yang berbeda…. Ternyata senjata milik Eko lah yang batten panjang dan besar. Aku khawatir kalau penis Eko agak susah untuk masuk ke dalam vaginaku. Syukurlah, ternyata tak sesulit yang kubayangkan karena lubang vaginaku telah penuh dengan cairan dari dua orang yang terdahulu.
Benar saja, terasa sangat mantap dan nikmat ketika senjata Eko menggesek lubangku yang sudah terasa panas dan semakin tebal rasanya. Napasku sampai terengah-engah dibuatnya…
“Rat…. iseeepp yang kuaaattt….,” ternyata Andi tidak kuat dengan isapan mulutku. Ia akan segera mencapai klimaks. Aku pun segera mematuhi perintahnya dengan mengisapnya lebih kuat lagi….
Penis Andi pun memuncratkan cairan maninya di dalam mulutku. Terasa air mani Andi lebih able aromanya, lebih hangat, lebih kental, dan lebih banyak memenuhi mulut dan tenggorokanku. Aku sampai agak gelagapan karena mulutku jadi penuh dan hampir tersedak…. Namun aku berusaha untuk tenang… Pelan-pelan kutelan sperma Andi yang membludak. Sementara bibirku tetap mencengkram penis Andi supaya tak lepas…. Setelah penis Andi kering benar dan mulai mengkerut, barulah aku melepaskannya…. Ia pun lalu tergeletak di atas kepalaku.
Sekarang tinggal aku dan Eko…. Eko pun lalu mengubah posisinya menjadi ‘missionary position’. Sambil penisnya terus mengocok kemaluanku, tubuhnya pun menindih tubuhku. Wajah kami pun berhadap-hadapan dekat sekali… Sambil terus beraktivitas, Eko tersenyum padaku.
“Rat, kamu hebat sekali…,” katanya.
Aku pun tersenyum malu.
“Oh, Eko…,” bisikku. Lalu seperti sepasang kekasih, kami pun saling berciuman bibir.
Tak absolutist kemudian, Eko juga menggeliat menyemburkan cairannnya ke dalam lubang kemaluanku. Tubuhku terasa lemas tetapi bergetar kuat mengiringi muncratnya cairan Eko. Eko semakin mendorong pangkal pahanya ke pangkal pahaku supaya cairannya masuk semua ke tubuhku… Rasanya aku sudah orgasme enam kali ketika akhirnya Eko menggelepar dan terbaring tepat di samping tubuhku. Kami pun lalu berbaring telentang sambil berpelukan dan menikmati hasil persetubuhan kami….
Selesailah pertempuran besar antara aku dan kelima cowok siang itu di ruang karaoke. Walaupun ber-AC, namun udara saat itu tetap terasa panas. Badan kami bercucuran keringat. Apalagi aku, karena selain basah oleh keringatku sendiri, juga bercampur dengan keringat kelima cowok yang barusan menyetubuhiku…. belum lagi dengan tumpahan air mani mereka yang berceceran di seluruh bagian tubuhku….
Setelah itu, semuanya terdiam. Tak ada satu pun di antara kami yang saling bercakap. Beberapa cowok tertidur karena kelelahan. Akhirnya, beberapa puluh menit kemudian, kami pun berbenah-benah.
Celakanya, di kamar itu tidak ada kamar mandi. Akhirnya, aku hanya mengelap cairan kelima lelaki yang memenuhi lubang vaginaku dan menetes ke pahaku dengan bra dan celana dalamku saja. Lalu aku memakai bra dan celana dalamku yang agak basah dan lengket itu. Disusul dengan blouse, rok serta blazer yang tadinya bertebaran di lantai. Yang membuatku senang, Eko ikut membantuku berpakaian. Batten tidak, aku merasa dihargai dan tidak sekedar menjadi pemuas nafsu mereka…. Mereka pun segera memakai kembali baju dan celananya.
Jam lima sore, kami keluar dari karaoke itu. Berarti empat jam sudah kami berada di dalamnya karena kami masuk pada pukul satu siang. Sedangkan aku sendiri digilir oleh mereka lebih kurang selama satu setengah jam non-stop. Waah, aku kagum juga dengan daya tahanku…. walaupun rasanya kakiku pegal-pegal dan ngilu. Begitu juga selangkanganku dan mulutku….
Waktu melewati kasir rasanya aku malu juga. Walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi di dalam tapi wajahku tetap merasa memerah. Make up ku telah berantakan dan rasanya minyak wangiku telah berubah menjadi bau balm air mani….
Mungkin kasir wanita itu bisa mengendus baunya… atau malah mungkin ia sedang membayangkan kejadian yang baru saja kualami. Sementara itu, di paha dan kakiku terasa mani mereka merembes mengalir keluar dari lubang vaginaku.
Untung sesampainya di rumah, suamiku belum pulang… Cepat-cepat aku ke kamar mandi membersihkan tubuh dan pakaianku.
Ternyata, malamnya suamiku menagih jatahnya juga… Untung aku sudah membersihkan badanku dan menyemprotkan minyak wangi untuk menghilangkan balm sperma kelima cowok itu…
Walaupun komentar suamiku membuatku deg-degan, mudah-mudahan ia tidak curiga….
“Rat, punyamu kok rasanya lain banget… tebel…,” bisik suamiku di telingaku…
“Terima kasih, ya… Enak…,” lanjut suamiku setelah ia menyemprotkan cairannya beberapa menit kemudian. Lalu ia tertidur pulas di sampingku. Ia tidak tahu sudah jadi orang keenam hari itu yang memuncratkan cairannya untukku.

Saturday, October 12, 2013

Sex ber tiga

Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel 'S', kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J. Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).

Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona "Maya.." kataku setengah gugup. "Ayo masuk," pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).

Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.
"Ini Maya, Mah kenalin," mereka pun saling berjabat tangan.
"Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?" kata Maya kemudian.
Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,
"Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!"
Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, "Aaahh.. aahh.." dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. "Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus.." Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.

"Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih.." lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, "Bleess.. sleepp.." begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang "Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh.." Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, "Enak Mas cairan istrimu ini," katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, "May, aku pengen.." Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.

Lalu "Bleess.." penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. "Jilati Mas.." pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, "Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh.." cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan "dildo", aku dan istriku baru tahu waktu itu.

Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. "May.. terus.." Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, "Aauugghh.." teriak istriku. "Enak Mas.. lebih enak dari punyamu.." katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, "Bleess.." Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.

Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, "Ahh.. May.. sayang.." Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, "Aagghh sa.. kit.." istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, "Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la.." kembali cairan panas menyerang penisku.

Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.

Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!

Amung

Label